Rabu, 07 Juli 2010

Blogger Buzz: Express yourself with the Blogger Template Designe...

Blogger Buzz: Express yourself with the Blogger Template Designe...: "by Siobhan Quinn, Blogger Product Manager​ We’re thrilled to announce that the Blogger Template Designer has launched to Blogger in Draft,..."

Senin, 05 Juli 2010

المحتويات للمسائل القرآنية (( 128 (Tanya Jawab Masalah Qur’aniyyah )

Diasuh oleh :
1. Al Maghfurlah KH. M. Manshur Maskan
2. KH. M. Ulil Albab Arwani
Diterbitkan oleh :
PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN
Kelurahan 24 Kudus


Manager Production : Litbang 1428
Chief of Project : Chiez_bööl
Manager Distribution : A-rœl Hadéé
Setting/Layout : mrƒ@dl.com
Publisher : Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Address : Jl. KH. M. Arwani Kelurahan 24 P.O. Box 124 Kudus Jateng
Telp. (0291) 431610

MUQODDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
حمدًا لله على ما منح من الإلهام ، وفتح من غوامض العلوم بإخراج الإفهام ، والصلاة والسلام على سيدنا محمد الذي أزال بيانه كل إبهام ، وعلى آله وأصحابه ، أولي النهى والأحلام ، وبعد .
Alhamdulillah wasy syukrulillah buku Masa’il Qur’aniyyah ini telah terbit meskipun hanya dalam bentuk yang amat sederhana. Buku ini kami rangkum dari naskah-naskah hasil tanya jawab masalah qur’aniyyah yang diasuh oleh Al Maghfurlah Romo KH. M. Manshur Maskan dan diteruskan oleh Romo KH. M. Ulil Albab Arwani pada setiap bulan Romadlon di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an.
Atas saran dan mandat dari Romo KH. M. Ulinnuha Arwani, kami telah berusaha untuk mengumpulkan beberapa naskah yang telah diarsip mulai periode 1415-1416 H dengan tujuan agar lebih mudah dan praktis dimanfaatkan oleh kalangan santri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an pada khususnya, dan semua pembaca buku ini pada umumnya.
Kami sadar bahwa buku yang kami sajikan ini masih jauh dari sempurna. Bilamana masih ditemui banyak kekurangan maka itu semua lantaran keterbatasan yang ada pada kami sebagai penyusun.
Akhirnya kami sangat berharap semoga hadirnya buku kecil ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas penerbitan buku ini. Teriring do’a :
جزاهم الله خيرًا كثيرًا وتقبّل منهم

Kudus, 20 Robi’ul Akhir 1428 H

Penyusun


FIHRIS
1. Praktek waqof pada lafadh من القتْلِ ، أخرجتْكَ
2. Waqof pada lafadh الر
3. Praktek waqof roum dan waqof isymam pada lafadh :
إن ربى لغفور رحيمٌ ¬¬¬¬¬¬¬¬ –– يوم أليمٌ
4. Praktek waqof isymam pada kalimah yang huruf akhirnya qolqolah
5. Praktek mambaca huruf istifal, apakah bibir harus meringis dulu
6. Praktek iqlab antara Yanbu’ dan Ulama’ Timur Tengah
7. Praktek membaca Isymam pada lafadh لاتأمَنَّا
8. Cara membaca راء nya lafadh الر
9. Cara membedakan membaca iqlab dengan ikhfa’ syafawi
10. Praktek membaca lafadh مجريها ومرساها
11. Cara membaca Fatihah bagi orang yang ceguken
12. Praktek bacaan tashil pada lafadh : أأعجمي
13. Cara membaca : تعوذ + بسم الله + وسط السورة
14. Cara membaca Fawatihus Suwar ( فواتح السور ) contoh :ص ، ق ، ن
15. Lafadh شىء menurut imam Hamzah dan Hisyam ketika waqof
16. Cara membaca ro’nya بسم الله الرحمن الرحيم
17. Cara membaca huruf ت dan ك ketika dibaca fathah
18. Cara membaca ن bertemu س ، ت ، د
19. Cara membaca lafadh :مجريها ، لاتأمنا ، أأعجمي
20. Praktek membaca lafadh الله dan كهيعص
21. Mendengar bacaan Al Qur’an yang salah
22. Huruf sama ( yang pertama hidup ) dibaca idhgom
23. Setiap [ذ] bertemu [ظ] dibaca idghom atau tidak
24. Apakah ada qo’idah khusus Imam Hafs untuk waqof saktah seperti Imam Hamzah
25. Memegang tafsir ( Al Qur’an & terjemahnya ) yang ada tulisan : لا يمسه الا المطهرون
26. Mengajar Al Quran pada anak yang tidak mau mengaji lagi karena takut banyak yang salah
27. Makmum ragu–ragu tentang bacaan imam yang kurang sesuai dengan ilmu tajwid
28. Membaca Al Qur’an nyungsang ( dari akhir surat ke awal surat )
29. Hukum menulis Al Qur’an dengan tidak memakai Khot Utsmany
30. Wanita haidl memegang atau membawa Al Qur’an terjemah
31. Teman mengajak bicara terus saat kita nderes
32. Mempraktekkan wujuhul qiro’at yang ada dalam kitab-kitab tanpa dengan musyafahah
33. Mengajari orang yang akan ikut MTQ
34. Waqof tanpa mengambil nafas
35. Membaca Al Qur’an bagi orang yang belum fasih
36. Lafadh أنا ada yang dibaca panjang dan pendek
37. Mengapa lafadh أولئك , [أو]-nya dibaca pendek sedang lafadh أولاهم dibaca panjang
38. Membaca Basmalah pada surat At Taubah
39. Tulisan lafadh سلاسل ada yang memakai alif dan ada yang tidak
40. Seorang hafidh yang lupa karena kesibukannya
41. Membaca Al Qur’an tidak dengan tartil
42. Perbedaan letak waqof dan tandanya pada beberapa mushaf
43. Dasar yang memperbolehkan waqof pada tanda waqof لا
44. Pejelasan tentang hal-hal yang termasuk wajib syar’i dan wajib shina’i
45. Perbedaan bentuk tulisan Khot Utsmani pada mushaf terbitan Indonesia dan Timur Tengah
46. Keterangan hadits atau ta’bir kitab tentang do’a setelah membaca surat Al-Fatihah
47. Berhenti tanpa mengambil nafas pada akhir-akhir ayat yang tidak ada tanda saktahnya
48. Dalam surat Al Fatihah tidak terdapat huruf فاء, padahal dalam surat lainnya terdapat huruf فاء
49. Tindakan kita pada sobekan-sobekan Al Qur’an yang sudah tidak mungkin dipakai lagi
50. Penjelasan ayat فاذا قرأت القران فاستعذ بالله ... الآية
51. Orang yang tidak bisa mempraktekkan makhroj yang benar karena sumbing, ompong dsb.
52. Yang harus didahulukan antara belajar Ilmu Fiqh, Ilmu Tafsir, Tahfidzul Qur’an, dan ilmu lainnya
53. Cara mengajar Al Qur’an bagi wanita yang sedang dalam masa haid
54. Orang yang lupa hafalan Al Qur’an karena hilang kesempatan nderes / kesibukan lain
55. Rukhshoh membaca Al Qur’an bagi hafidzoh yang sedang dalam masa haidl/nifas
56. Yang dimaksud dengan kata-kata : أهل القران أهل الله
57. Istilah mad mubalaghoh
58. Nama alif pada lafadh قواريرا
59. Posisi ujung lidah ketika membaca huruf ضاد
60. Hukum membaca أمنا بالله setelah mendengar / membaca ayat :
فبأي الاء ربكما تكذبان
61. Membaca lafadh اللهdalam adzan dengan melebihi ukuran panjangnya
62. Membaca Al Qur’an yang belum dimusyafahahkan
63. Sifat-sifatnya huruf yang diwaqofkan pada lafadh :
الفتْحُ , أخرجتْكَ , اكتسبْنَ dsb.
64. Huruf [و] pada lafadh بالغدوة
65. Membaca sajdah pada surat النحل sebenarnya pada ayat 49 atau 50
66. Panjang mad ( tanwin manshub ) pada lafadh إنشاءً ketika waqof
67. Lafadh الم الله jika diwasholkan, kok mimnya dibaca fathah
68. Apa ada thoriq yang membaca mad jaiz munfashil 7 alif ( 14 harokat )
69. Hukum membaca waqof pada kedua tanda waqof _____
70. Tanda lingkaran kecil [○] di atas alifnya lafadz :
أطعنا , فأضلونا , فى النار , dsb. pada kitab Yanbu’a jilid 6
71. Adakah perbedaan cara membaca huruf yang mempunyai sifat berlawanan, terutama hams ketika berharokat atau sukun
72. قل ءالذكرين dalam Surat Al An’am ayat 143 & 144, pada ayat yang pertama hamzahnya dibaca panjang, pada ayat berikutnya dibaca tashil
73. Waqof pada ayat sebelum إلا
74. Waqof pada lafadz الذى dan التى
75. Berhenti pada kalimat yang bertanda waqof لا semisal فويل للمصلين
76. Membaca lafadz بسم الله الرحمن الرحيم bila disambung dengan bacaan sebelum atau sesudahnya
77. Huruf Ro’ pada lafadzأولى الإِرْبة dibaca tebal atau tipis
78. Menyikapi kritik yang mengatakan bahwa Yanbu’ belum memakai Mushaf Rosm Utsmani
79. Setelah selesai musyafahah 30 juz, diketahui ada kalimat yang keliru pada waktu musyafahah
80. Meneruskan musyafahah di maqbaroh gurunya
81. Bolehkah pada lafadh من مرقدنا ، عوجا dibaca waqof
82. Penulisan tasydid dan tidak di atas wawu lafadh فيه ظلمات ورعد وبرق
83. Nun kecil pada lafadhويل لكل همزة لمزة نالذى
84. Waqof pada lafadh : إن أبانا لفي ضلال مبين * اقتلوا يوسف
85. Membaca Al Qur’an dengan cara hadr, tadwir dan tartil dalam satu halaman / satu ayat
86. Membaca غير المغضوبdengan mecécé tetapi kedengarannya seakan sama dengan yang moncong ke depan
87. Apakah lafadh فمن اعتدَوْا jika dibaca waqof termasuk mad lain ?
88. Sebaiknya dibaca waqof apa washol pada lafadh طس تلك ءايات القرءان
89. Ketika menemui waqof mu’anaqoh, qori’ ingin berhenti pada titik tiga yang kedua akan tetapi belum sampai yang kedua nafasnya habis
90. Ada yang membaca lafadh الله lebih condong ke huruf ”U”
91. Dasar bagi yang memperbolehkan waqof tanpa mengambil nafas
92. Yang dimaksud dengan mamnu’ apakah haram atau lainnya dan apakah berdosa jika melanggarnya
93. Bacaan takbir yang telah berlaku bagi kita yang menganut thoriq Imam Syathibi
94. Apakah pengertian dan rincian ” hukum ” dalam ilmu tajwid sama dengan ” hukum ” dalam ilmu syara’
95. Karena tidak kuat nafasnya, ia membaca tanpa mengulangi dari sebelumnya, dalam arti langsung meneruskan
96. Terhenti di tengah ayat sebab cegukan atau menguap
97. Mencoret atau menuliskan sesuatu (Latin/Arab) di mushaf Al Qur’an
98. Mengamalkan teori bacaan dengan dua wajah padahal musyafahah hanya membaca satu wajah
99. Batasan orang yang tidak tahu dalam membaca Al Qur’an
100. Membaca ro’ atau lam yang bertasydid ketika waqof
101. Kenapa hamzah washolnya بسم pada lafadh بسم الله الرحمن الرحيم itu dibuang
102. Membaca ro’ pada semisal lafadh للرجال ، تصريف الرياح dll.
103. Waqof pada lafadh عليهم yang pertama pada surat Al-Fatihah
104. Kadar ukuran Hamsnya Ta’ yang berada di tengah kalimah
105. Alasan ha’nya lafadh يرضه لكم dibaca pendek
106. Perbedaan dalam washol dan waqofnya pada lafadh :
فى السموات ، ائتوني
107. Perbedaan imalah dan taqlil
108. Waqof pada ayat فكذبوه فعقروها
109. Adakah imam yang berpendapat bahwa مخرج اللام كمخرج الذال
110. Waqof pada lafadh عمّ
111. Perbedaan رحمة dengan رحمت , فانفجرت dengan فانبجستdan lafadh ألاّتعلو dengan أن لاتعلو
112. Musyafahah santri yang bacaannya salah atau tidak urut tetapi tidak diketahui oleh ustadznya
113. Cenderung ke manakah suara pantulan qolqolah
114. Ditunjuk untuk menjadi juri MTQ
115. Cara membenahi hafalan yang sulit
116. Pada ayat sajdah tertulis ’inda Syafi’i atau lighoiri Malik
117. Membaca Al Qur’an dengan rêngêng-rêngêng ( Jawa, Red. )
118. Bolehkah santri Yanbu’ memakai Al Qur’an yang sesuai dengan qaidah Rosm Utsmaniy
119. Mewasholkan akhir Surat Al Ikhlas dengan awal Surat Al Ikhlas itu sendiri
120. Hadirin tidak terlalu menghiraukan kesalahan bacaan Al Qur’an
121. Lafadh مَالك  الرحيمِ diwasholkan sambil membaca sukun mim
122. Bacaan ؤُا yang panjang dan yang pendek
123. Asbabunnuzul ayat sajdah
124. Memaketkan Al Quran / Tafsir
125. Definisinya lafadh إيواء dan contohnya
126. Hukum belajar Qiro’ah Sab’ah sebelum hafal 30 Juz
127. Hukumnya nderes saat haid tanpa bersuara
128. Membaca Al Qur’an dengan tempo cepat lalu pindah dengan tempo lambat


KUMPULAN MASA’ILUL QUR’ANIYYAH
PONDOK TAHFIDH YANBU’UL QUR’AN
KELURAHAN 24 KUDUS

1. Pertanyaan :
Mohon penjelasan tentang praktek waqof yang benar pada lafadh– lafadh di bawah ini :
نعم العبْدُ ، الذئْبُ ، منْهُ ، من القتْلِ ، أخرجتْكَ, khusus pada lafadh أخرجتْكَ dan lafadh من القتْلِ masih tetapkah hamsnya ?
Jawaban :
Prakteknya sudah kita dengar dan kita lihat bersama. Adapun mengenai sifat hamsnya masih tetap ada.
Catatan :
1. Dua huruf terakhir harus tetap terbaca.
2. Jangan sampai mengubah harokat, sebagaimana istilah dalam ilmu nahwu yang disebut waqof naql contoh منْهُ dibaca منُهْ
3. Jangan sampai mengandung suara [ê] ( pêpêt : Jawa ) sehingga terbaca ” minêh ”
4. Waqof pada kalimah yang sebelum akhir berupa huruf shohih memang berat, sehingga para qurro’ boleh mewaqofkannya dengan waqof roum, kalau memang huruf akhir kalimah tersebut berharokat dlommah atau kasroh.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص: 85
وتجب المحافظة على همسه خصوصا عند الوقف عليه نحو قوله وتمت وكلمت وبقيت لئلا يصير دالا مهملة
 نهاية القول المفيد، ص : 83
وإن كان سكونها عارضا نحو من بعد فلا بد من بيانها وقلقلتها وإلا عادت تاء
 نهاية القول المفيد، ص : 222
اعلم أن أهل الأداء اختلفوا فى الوقف على هاء الضمير فذهب كثير منهم إلى جواز الروم والإشمام فيها مطلقا وهو الذى فى التيسير والتجريد والتلخيص وغيرها . وذهب آخرون إلى المنع مطلقا وهو ظاهر كلام الشاطبى وفاقا للدانى فى غير التيسير والمختار كما قاله ابن الجزرى منعهما فيها إذا كان قبلها ضم أو واو ساكنة أو كسر أو ياء ساكنة نحو يعلمه ويرفعه وعقلوه وليرضوه وبه وربه وفيه وإليه جوازهما إذالم يكن قبلها ذلك بأن انفتح ماقبل الهاء أو وقع قبلها ألف أو ساكن صحيح نحو لن تخلفه واجتباه وهداه ومنه وعنه وأرجئه فى قراءة الهمز ويتقه عند من سكن القاف
 إرشاد الإخوان ص : 35
وحكمهاأى القلقلة أنها إذا سكنت متوسطة أو متطرفة سكونا أصليا أو عارضا للوقف يجب التحفظ ببيانها لاجتماع الشدة والجهر فيها بأن يقلقل اللسان مثلا عند النطق بها لشدة ضغط صوتها حتى يسمع له نبرة
2. Latar belakang :
Pada awal Surat Yusuf, Surat Hud, Surat Ar Ro’d, Surat Ibrohim dll. tertulis sebagai berikut :
 الر تلك ايات الكتاب الحكيم   الر كتاب أحكمت اياته ... الاية 
 الر تلك ايات الكتاب المبين   الر كتاب أنزلناه ... الآية 
Tanpa ada tanda waqof, namun pada prakteknya boleh waqof pada ayat – ayat mutasyabihat tersebut.
Pertanyaan :
a. Apakah menurut Qiro’ah ’Ashim memang memperbolehkan demikian ?
b. Termasuk waqof apakah kalau kita waqof pada lafadh–lafadh tersebut ?
Jawaban :
a. Benar, bahkan menurut qiro’ah lain juga memperbolehkan.
b. Termasuk waqof tam dan ada yang mengatakan waqof hasan dengan menjadikan lafadh – lafadh tersebut menjadi maf’ul atau khobar dari mubtada’ ( mentaqdirkan lafadh اقرء atau هذه )
Keterangan a.l. dari :
 المكتفى فى الوقف والإبتداء، ص:324
( الر.... (1) تام ، وقيل كاف ، وقد ذكر. تلك آيات الكتاب المبين
 إرشاد الإخوان، ص : 83
ونحو الم ونحوه من حروف الهجاء فواتح السور الوقف عليها تام على أن يكون المبتدأ أو الخبر محذوفا أى هذا الم أو الم هذا أو على إضمار فعل أى قل الم على استئناف مابعدها وغير تام على أن يكون ما بعدها هو الخبر
 إيضاح الوقف والإبتداء 2/730 ( سورة الرعد)
المر (1 ) وقف حسن (تلك آيات الكتاب )
 إيضاح الوقف والإبتداء 2/ 710 (سورة هود )
( الر ) ( 1 ) وقف حسن إذا رفعت " الكتاب " بإضمار هذا كتاب ، فإن رفعت الكتاب بـ ( الر ) لم يحسن الوقف عليها
3. Pertanyaan :
Bagaimana cara mempraktekkan waqof roum dan waqof isymam pada lafadh : إن ربى لغفور رحيمٌ ¬¬¬¬¬¬¬¬ — يوم أليمٌ?
Jawaban :
• Waqof Roum : Berhenti pada akhir kalimat dengan membaca sebagian harokat huruf akhir ( sepertiga harokat )رحيم – أليم tanpa mensuarakan tanwin. Waqaf ini berlaku pada kalimat yang huruf akhirnya dibaca dlommah ( rofa’ ) atau kasrah ( majrur )
• Waqof Isymam : Berhenti pada akhir kalimah dengan membaca sukun pada huruf akhir lalu mengisyarohkan membaca dlommah dengan memoncongkan bibir رحيم tanpa ada suara.
Waqof ini hanya berlaku pada kalimat yang huruf akhirnya berharohat dlommah, tanwin dlommah ( rofa’ )
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان ص : 92 – 94
والروم هو الإتيان ببعض الحركة فى الوقف فلهذا ضعف صوتها لقصر زمانها وسمعها القريب المصغى لأنها صوت دون البعيد لأنها غير تامة - إلى أن قال – فان الروم يستعمل عند القراء فى المرفوع نحو الله الصمد ويخلق وعذاب عظيم والمضموم نحو من قبل ومن بعد ويا صالح والمجرور نحو بسم الله الرحمن الرحيم ومالك يوم الدين وفى الدار ومن الناس والمكسور نحو فارهبون وارجعون وأف وهؤلاء – غلى أن قال – والإشمام هو ضم القارئ شفتيه فى الوقف بعيد الإسكان وتهيئتهما للتلفظ بالضمة وليس بصوت يسمع فلا يدركه الأعمى إنما يراه البصير إذهو إيماء بالعضو إلى الحركة وهو لرؤية العين – إلى أن قال – ويكون فى الرفع والضم لاغير
 نهاية القول المفيد، ص : 219 ؛ مذكرة فى التجويد، ص : 91
4. Pertanyaan :
Bagaimanakah praktek waqof isymam pada kalimah yang huruf akhirnya berupa qolqolah ? Apakah sifat qolqolahnya masih terbaca, seperti pada lafadz : إن ربي قريب مجيبٌ
Jawaban :
Qolqolahnya tetap ada.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان، ص: 93
والإشمام هو ضم القارئ شفتيه فى الوقف بعيد الإسكان وتهيئتهما للتلفظ بالضمة وليس بصوت يسمع فلا يدركه الأعمى إنما يراه البصير إذ هو إيماء بالعضو إلى الحركة وهو لرؤية العين
 نهاية القول المفيد، ص: 219
وثالثهما الإشمام وهو أن تضم شفتيك بعيد الإسكان إشارة إلى الضم وتدع بينهما بعض انفراج ليخرج منه النفس ولا بد من اتصال ضم الشفتين بالإسكان فلو تراخى فاسكان مجرد عن الإشمام
 أحكام قراءة القرآن الكريم، ص: 234
واما الإشمام : فهو الإشارة إلى الحركة من غير تصويت أو يقال هو أن تجعل شفتيك بعد النطق بالحرف ساكنا على صورتهما إذا نطقت بالضمة
5. Pertanyaan :
Semua huruf istifal seperti Kaf, Lam, Za’ dsb. — terutama ketika menyandang harokat dlommah — apakah praktek mambacanya bibir harus meringis dulu ?
Jawaban :
Huruf istifal membacanya tarqiq atau mecécé ( melebarkan bibir ) terutama huruf yang sama makhrojnya dengan huruf isti’la’ harus lebih dibedakan. Contoh : ذ dengan ظ , س dengan ص , ت dengan ط
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى، الجزء الأول، ص: 116-117
ومما يجب مراعاته بجانب الترقيق أيضا تخليص انفتاح الذال المعجمة من ( محذورا) فى قوله تعالى ( إن عذاب ربك كان محذورا ) لئلا تشتبه بالظاء من محظورا فى قوله تعالى ( وما كان عطاء ربك محظورا ) وذلك لأن الذال والظاء يخرجان من مخرج واحد وكذلك تخليص انفتاح السين من لفظ عسى فى نحو قوله تعالى ( وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم ) لئلا تشتبه بالصاد من عصى فى نحو قوله تعالى ( فعصى فرعون الرسول فأخذناه أخذا وبيلا ) وذلك لأن السين والصاد يخرجان من مخرج واحد أيضا ولا يتمز كل حرف اتفق مع حرف فى المخرج كهذه الأحرف إلا بتمييز الصفة فسين عسى وذال محذورا منفتحتان وصاد عصى وظاء محظورا مطبقتان فينبغى أن يتخلص كل حرف من الأخر بانفتاح الفم فى الإنفتاح وانطباقه فى الإنطباق . وكذلك يفعل فى كل حرفين متفقين فى المخرج ومختلفين فى الصفة
6. Pertanyaan :
Menurut pemahaman atau pendengaran kami terdapat perbedaan praktek iqlab antara Yanbu’ dan Ulama’ Timur Tengah. Kalau di Timur Tengah antara Nun dan Ba’ sepertinya agak renggang. Mohon penjelasan !
Jawaban :
Tidak terdapat perbedaan karena iqlab berarti mengganti Nun menjadi Mim.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 122
والمراد هنا قلب النون الساكنة والتنوين ميما مخفاة قبل الباء الموحدة مع بقاء الغنة الظاهرة وهذا بإجماع القراء كما صرح به فى التيسير سواء كانت النون مع الباء فى كلمة أو كلمتين والتنوين لايكون إلا فى كلمتين وذلك نحو أنبئهم وأن بورك وسميع بصير
7. Pertanyaan :
Bagaimana praktek membaca Isymam pada lafadh لاتأمَنَّا yang diajarkan oleh Simbah KHM. Arwani Amin ?
Jawaban :
Prakteknya harus dengan musyafahah.
Keterangan : Ketika dengung bibir mengisayrohkan baca dlommah.
Laa ta’ man–n–naa


( Meringis ) ( Moncong ) ( Meringis)
( Bersuara sukun, bibir berlagak membaca dlommah )
8. Pertanyaan :
Pada lafadh الر cara membacanya :
Alif-Lam-Roo ( الف -لام- را ) atau Alif-Lam-Roo’ ( الف -لام- راء ) ?
Jawaban :
Alif-Lam-Roo bukan Alif-Lam-Roo’, sebagaimana ajaran Rosulullah yang diterima dari Malaikat Jibril.
 إرشاد الإخوان ص : 47
( فإن قلت ) قراءة حروف القرآن هل هى بأسمائها أم بمسميا تها فالجواب بالمسميات إلا بعض فواتح السور كالمص
 حق التلاوة ص : 153
تحذف أحرف مقروءة من أحرف فواتح السور فلا يكتب إلا مدلول اللفظى نحو ق ، ن ، ص ؛ بينما تقرأ كل واحدة منها : قاف ، نون ، صاد .
9. Pertanyaan :
Bagaimana cara membedakan membaca iqlab dengan ikhfa’ syafawi ?
Jawaban :
Bacaan iqlab dengan ikhfa’ syafawi tidak ada bedanya ( sama ) karena iqlab itu mengganti nun ke mim. Nanti kalau sudah jadi mim bacaannya sama. Yang berbeda hanya tulisannya.
Keterangan a.l dari :
 إرشاد الإخوان، ص : 17
فلا بد من إظهار الغنة فى البدل كما كانت فى المبدل منه لأن كليهما حرف أغن فلا فرق حينئذ فى اللفظ بين من بعد وبين يعتصم بالله إلا أنه لم يختلف فى إخفاء الميم المقلوبة عما ذكر ولا فى إظهار غنتها بخلاف الميم الأصلية كما سيأتى إن شاء الله تعالى قال المحقق شمس الدين ابن الجزرى وما وقع فى كتب بعض متأخرى المغاربة من حكاية الخلاف فى ذلك وهم ولعله انعكس عليهم من الميم الساكنة عند الباء انتهى
 نهاية القول المفيد، ص: 122
قال ابن الجزرى فى النشر فلافرق حينئذ فى اللفظ بين أن بورك وبين يعتصم بالله إلا أنه لم يختلف فى إخفاء الميم المقلوبة عند الباء ولا فى إظهار الغنة فى ذلك بخلاف الميم الساكنة يعنى أنه وقع اختلاف فى إخفاءها مع إظهار غنتها فذهب الجمهور إلى ذلك . وذهب البعضع على إظهار ها مع إخفاء غنتها كما سيأتى ولاتشديد فى ذلك لأنه بدل ولا إدغام فيه إلا أن فيه غنة لأن الميم الساكنة من الحروف التى تصحبها الغنة )
10. Pertanyaan :
Bagaimana praktek membaca lafadh مجريها ومرساها ? Dan mengapa lafadh مرساها tidak dibaca imalah ?
Jawaban :
a. Praktek harus dengan musyafahah, yakni mencondongkan harokat fathah mendekati kasroh ( lebih berat kecondongannya ke kasroh ).
b. Adapun lafadh : مرساها tidak dibaca imalah karena memang demikianlah musyafahahnya Imam Hafs. Dan ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah qiro’ah itu tidak bisa diqiyas.
Keterangan a.l dari :
 مذكرة فى التجويد، ص : 80
الإمالة هى لفظ بين الألف والياء . لايميل حفص إلا الألف فى كلمة ( مجريها ) فى الأية ( بـسم الله مجريها ) ويقتضى من إمالة الألف ترقيق الراء
11. Pertanyaan :
Bagaimanakah cara membaca Fatihah bagi orang yang mendapat cobaan berupa ceguken ketika sholat?
Jawaban :
Supaya bisa mengatur diri, misalnya dengan cara mempercepat bacaannya, sepanjang masih dalam aturan tajwid.
12. Pertanyaan :
Bagaimana praktek bacaan tashil pada lafadh : أَأَعجمي yang benar?
Jawaban :
Praktek harus dengan musyafahah, yakni membaca tengah-tengah antara makhrojnya hamzah dan alif (Bhs. Jawa : anggang-anggang), jangan sampai menjadi Ha’.
13. Pertanyaan :
Ada berapakah cara membaca تعوذ + بسم الله + وسط السورة seperti pada saat setor ?
Jawaban :
Di dalam kitab غاية المريد halaman 49, hukumnya sama dengan membaca : تعوذ + بسم الله + أول السورة yakni ada 4 wajah (cara) :
1. Ta’awwudz  Basmalah  ayat.
2. Ta’awwudz — Basmalah — ayat.
3. Ta’awwudz — Basmalah  ayat.
4. Ta’awwudz  Basmalah — ayat.
Keterangan a.l dari :
 الواضح فى أحكام التجويد، ص : 20
للاستعاذة والبسملة عند ابتداء القراءة من أوائل السورة – سوى سورة براءة – أربعة أوجه جائزة هى :
1) قطع الجميع
2) وصل الجميع
3) وصل الأول وقطع الثانى عن الثالث
4) قطع الأول ووصل الثانى بالثالث
أما إذا ابتدأ القارئ القراءة من أواسط السورة – وهو ما بعد أوائلها ولو بكلمة – واختار الإتيان بالبسملة ، فتجوز له الأوجه الأربعة السابقة
14. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca fawatihus suwar ( فواتح السور )
Contoh : ص ، ق ، ن bila diwasholkan dengan ayat berikutnya ?
Jawaban :
ص ، ق ، ن : Menurut Imam Hafs bila diwasholkan ini dibaca idzhar.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 116
( النوع التاسع ) إدغام النون فى الواو من يس والقرآن ومن ن والقلم فأظهرها قالون وابن كثير وأبو عمرو وحمزة وحفص
15. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan lafadh شيء menurut imam Hamzah dan Hisyam ketika waqof ?
Jawaban :
Boleh dibaca نقل denganوقف سكون dan وقف روم
Dan إبدال dengan وقف سكون dan وقف روم
Keterangan a.l. dari :
 فيض البركات، الجزء الأول ، ص : 32
( شيء )فيه لحمزة وهشام وقفا أربعة أوجه : النقل مع الإسكان والروم والإبدال كذلك كمامر
16. Pertanyaan :
Pada lafadh بسم اللهِ الرَّحمن الرحيم bagaimana cara membacanya, ro’nya tipis atau tebal ?
Jawaban :
Tebal.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان، ص : 74
( فإن قيل ) إن الكسر عارض فتفخم مثل أم ارتابوا فقد يجاب بأن عروض الكسر هو باعتبار الحمل على أصل مضارعه الذى هو يرتاب فهى مفخمة لعروض الكسر فيه
 المنح الفكرية، ص: 30
وأما المتصل العارض فهو مادخل على كلمة الراء ولم ينزل منزلة الجزء منها وهو الذى لايخل إسقاطه بها كما فى باء الجر ولامه وكهمزة الوصل نحو اركبوا وارتابوافى الإبتداء – إلى ن قال- وأما المنفصلة اللازمة قبل راء ساكنة فهو ماكانت فى كلمة أخرى لازمة البناء على الكسر نحو الذى ارتضى عند الكل
17. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca huruf ت dan ك ketika dibaca fathah seperti contoh أنعمتَ dan اياكَ apakah seperti ketika dibaca sukun ?
Jawaban :
Kalau fathah harusnya beriringan dengan syiddah. Adapun kalau sukun, membaca hamsnya sesudah membaca syiddah.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 84
فإذا نطقت بها فأعطها حقها واعتن ببيان شدتها لئلا تصير رخوة كما ينطق بها بعض الناس وربما جعلت سينا لاسيما إذا كانت ساكنة نحو فتنة وفترة ويتلون واتل عليهم
 نهاية القول المفيد، ص : 72
فإذا نطقت بها اى الكاف فوفها حقها واعتن بما فيها من الشدة والهمس لئلا يذهب بها إلى الكاف الصماء الثابتة فى بعض لغة العجم وهى غير جائزة فى لغة العرب
18. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca ن bertemu س ، ت ، د apakah sama seperti ن bertemu ك ?
Jawaban :
Tidak sama. Karena makhrojnya ك ada di pangkal lidah sedangkan س ، ت ، د di ujung lidah, Sedangkan ن harus sesuai dengan huruf yang dihadapi.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان ، ص : 19 - 20
وذلك أن النون الساكنة تخرج من طرف اللسان والثنايا ومعها غنة تخرج من الخياشيم فإذا أخفيتها عند هذه الحروف ذهب ما كان يخرج من طرف اللسان وبقى ماكان يخرج من الخيشوم وقد تقدم ذلك وهما فى الإخفاء على حسب قربهما وبعدهما منهن فكلما قوى التناسب بقرب المخرج قرب إلى الإدغام وكلما قل قرب إلى الإظهار أمثلة ذلك على ترتيب المخارج ينقلب وإن قيل بتابع قبلتهم أنكالا من كان وزرعا كلتا ينجيكم – إلى أن قال - فإذا قلت عنك ومنك فمخرج هذه النون من الخياشيم ليس إلا لأنها مخفاة عند الكاف باقية غنتها ظاهرة
19. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca lafadh berikut ini :مجريها ، لاتأمنا ، أأعجمي
Jawaban :
) مجريها : imalah kubro
) أأعجمي : dibaca tashil ( hamzah ke-2 dibaca tengah-tengah antara makhrojnya hamzah dan alif )
) لاتأمنا : Boleh dibaca dengan 2 wajah :
1) إشمام : Mencampur sukun dengan dlommah ( bersuara sukun sedangkan bibirnya berlagak seperti membaca dlommah ).
2) اختلاس : Laa Ta’ma nu naa, lafadh Nu dibaca cepat.
Keterangan a.l. dari :
 حق التلاوة، ص : 123
الألف الممالة : وهى ألف بين الألف والياء لاهى ألف خا لصة ولاهى ياء خالصة ،وإنما هى ألف قربت من لفظ الياء . والإمالة :هى النحو بالفتحة نحو الكسرة . والإمالة نوعان : الإمالة الكبرى ( أوالإضطجاع ) وهى المرادة عند إطلاق اصطلاح الإمالة -إلى أن قال - وحفص لايميل إلا مجرـها " من أية " بـسم الله مجرـها " ( هود : 41 ) فى القرآن كله
 مذكرة فى التجويد، ص : 78
الهمزة المسهلة : هى الهمزة التى تنطق بين بين ( أى بين الهمزة المحققة وبين الألف أو الواو أو الياء من جنس حركتها ) -إلى أن قال - وحفص لايسهل إلا الهمزة الثانية فى " ءأعجمى وعربى " ( فصلت :44 )
لحفص مثل فى القرآن لهذا الإدغام وافق سائر القراء العشرة مع وجوب الإشمام أوالإختلاس ( هو الإتيان ببعض الحركة ) وهو قوله تعالى : ( مالك لاتأمنا على يو سف ) حيث ( لا ) نافية والنون مرفوعة إعرابا ، فأدغم النون المرفوع بالنون الذى بعده
 هداية القارى، الجزء الأول،ص:260
يجوز فى هذه الكلمة لحفص عن عاصم كغيره من الأئمة العشرة باستثناء الإمام أبى جعفر(2) وجهان صحيحان مقروء بهما . الأول : إدغام نون الأولى فى الثانية مع الإشمام (3) الثانى : الإختلاس (4) اى اختلاس ضمة النون الأولى وحينئذ يمتنع إدغام النون الأولى فى الثانية مطلقا لتعذر الإتيان به لأن من شرط الإدغام تسكين المدغم وهو هنا النون الأولى وهى لاتزال متحركة وإن كانت حركتها غير كاملة بسبب اختلاسها فلا تكون مدغمة والحالة هذه
(2) فإنه قرأ بإدغام النون الأولى فى الثانية إدغاما محضا من غير إشمام ولا إخفاء فينطق بنون واحدة مفتوحة مشددة وليس له غير هذا الوجه اهـ مؤلفه
(3) وهو هنا أن تضم شفتيك من غير إسماع صوت بعد إسكان النون الأولى وإدغامها فى الثانية إدغاما تاما وقبل استكمال التشديد أى قبل تمام النطق بالنون الثانية
(4) ومعنى الإختلاس أو الإخفاء هو خطف الحركة بسرعة حتى يذهب القليل منها ويبقى الكثير وقد قدر العلماء الثابت من الحركة فى الإختلاس أو فى الإخفاء بالثلثين والذاهب منها بالثلث وعليه فيمكن ضبط وجه الإختلاس أوالإخفاء فى لفظ تأمنا فيقال هو عبارة عن الإتيان بثلثى ضمه بالنون الأولى .
20. Pertanyaan :
Mohon penjelasan tentang praktek membaca lafadh الله dan lafadh كهيعص yang benar ?
Jawaban :
Untuk lafadh الله harus dibaca tebal / tafkhim atau disebut taghlidh ( تغليظ ) apabila sebelumnya fathah dan dlommah yakni ujung lidah ditempatkan ke makhrojnya lam, lalu suaranya kita tebalkan. Untuk lafadh كهيعص kaf-nya dibaca 3 alif, ha-nya 1 alif, ya-nya 1 alif, ’ain-nya boleh 1 atau 2 atau 3 alif dan shod-nya dibaca 3 alif. Antara ’ain dan shod ada dengungnya.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 92
قال المرعشى وينبغى أن يزاد فى هذا الضرب اللام المفخمة فى اسم الله عز وجل لما نقل عن الرعاية أنه إذا كان المشدد مفخما للتعظيم و الإجلال نحو قال الله وشبهه وجب على القارئ أن يظهر التشديد إظهارا متمكنا ليظهر التفخيم فى اللام وليس فى كلام العرب لام أظهر تفخيما وأشد تعظيما من اللام فى اسم الله عز وجل لأنه فخم لإرادة التعظيم والإجلال وذلك إذا كان قبل اللام فتح أو ضم.
 تفسير النيسابوري، الجزء الأول،ص: 51
الثانية أنهم استحسنوا تفخيم اللام وتغليظها من لفظ الله بعد الفتحة والضمة دون الكسرة أما الأول فللفرق بينه وبين لفظ اللات فى الذكر ولأن الفتحة مشعر بالتعظيم ولأن اللام الرقيقة تذكر بطرف اللسان والغليظة تذكر بكل اللسان فكان العمل فيه أكثر فيكون أدخل فى الثواب وهذا كما جاء فى التوراة أحبب ربك بكل قلبك
 حاشية الصاوى، الجزء الرابع،ص: 60
قوله : ( كهيعص ) اعلم أن الكاف والصاد يمدان مدا لازما باتفاق السبعة ، وهو قدرثلاث ألفات ، والهاء والياء يمدان مدا طبيعيا باتفاقهم وهو قدر ألف ، ويجوز فى العين المد اللازم المذكور والقصر بقدر ألفين قراءتان سبعيتان ، ويتعين فى النون من عين إخفاءها فى الصاد وغنتها وفتح العين ، ويجوز فى الدال الإظهار والإدغام فى ذال ذكر ، والقراءتان سبعيتان
 الواضح فى أحكام التجويد، ص : 87
حرف العين فى فاتحة مريم والشورى : ( كهيعص ) و ( عسق ) يجوز فيه التوسط والمد ، أى ( 4- 6 ) حركات ، لكن مده ستا أفضل
21. Latar belakang :
Ada seseorang yang tanpa sengaja mendengar bacaan Al Qur’an yang salah.
Pertanyaan :
a. Bagaimana sikap seharusnya bagi pendengar ? Diam atau pura-pura tidak tahu karena pembacanya orang yang lebih tua ( lebih dihormati ) ?
b. Bagaimana bila hal seperti ini terjadi di tempat yang agak jauh ?
Jawaban :
a. Siapapun yang mendengar bacaan yang salah harus membenarkan dengan dasar :
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الايمان
b. Dengan cara apapun yang bisa mampu, asal tujuannya bisa tercapai misalnya dengan mendatanginya.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية، ص : 23
ثم رأيت فى شرح منية المصلى رجل يقرأ القرآن ويلحن يجب على السامع أن يرده إلى الصواب إن علم أنه لايقع بسبب ذلك عداوة وضغن وإلا فهو فى سعة من تركه
 خزينة الأسرار، ص : 56
ومن آفات الأذن استماع القرآن ممن يقرأ بلحن وخطإ بلا تجويد فعليه النهى إن ظن التأثير وإلا فعليه القيام وذهابه إن قدر بلا ضرر فلا تقع بعد الذكرى مع القوم الظالمين كذا فى طريقة المحمدية
22. Pertanyaan :
Menurut Imam siapakah apabila ada huruf yang sama ( yang pertama hidup ) dibaca idhgom ?
Contoh: يعلمُ مَا بين dibaca يعلمَّا بين
Dan berapa alif dengungnya ?

Jawaban :
Menurut Imam Abu ’Amr yang diriwayatkan oleh Imam As Susi dengungnya satu alif ( dua harokat )
Contoh : الرحمن الرحيمِ مَلك dibaca الرحمن الرحيمَّلك
Adapun cara membaca panjang huruf mad yang jatuh sebelum idhgom kabir ada tiga wajah : 1 alif, 2 alif dan 3 alif.
Keterangan a.l. dari :
 فيض البركات، الجزء الأول، ص: 8
الرحمن الرحيم 0ملك يوم الدين – الى ان قال – (ك) الرحيم ملك ادغم السوسى الميم الأول بعد إسكانه فى الميم الثانى . ويجوز فيه القصر على حركتين والتوسط على اربع حركات والطول على ست حركات. وكذلك ماماثله من كل حرفين مثلين على شرطه أو متقاربين كذلك
 سراج القارئ،ص:23
الإدغام فى اللغة عبارة عن إدخال الشئ فى الشئ – إلى ان قال – فالكبير يكون فى المثلين والمتقاربين ، وسمى بالكبير لتأثيره فى إسكان الحرف المتحرك قبل إدغامه
 المعجم القراآت القرآنية، الجزء الأول،ص:131
والإدغام الكبير : ماكان الأول من الحرفين فيه متحركا سواء أكان الحرفان مثلين أم جنسين أم متقاربين وسمى كبيرا لكثرة وقوعه إذ الحركة أكثر من السكون
23. Pertanyaan :
Pada lafadz إذظلموا apakah setiap [ذ] bertemu [ظ] dibaca idghom atau tidak ?
Jawaban :
Ya, masalah ini telah menjadi ittifaqul qurro’ ( kesepakatan ulama qiro’ah ) dengan syarat huruf dzalnya mati ( sukun )
Contoh : إذْظَلموا dibaca إظَّلموا
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية، ص : 37- 38
ثم اعلم أن ذال إذ ودال قد وتاء التأ نيث الساكنة ولام هل وبل لاشك فى إدغامها عند اجتماعها لأمثالها – الى ان قال- وفى بعضها وقع إتفاق لهم ولابد من معرفتها فقلت نظما على منوال كلام الناظم يمكن أن ينظم فى سلك نظمه :
وأدغمن ذال إذ فى الظاء
وتاء تأنيث بدال وبطاء

 ودال قد بعينه فى التاء
ولام هل وبل كذا عند الراء

والأمثلة إذظلموا أنفسهم وقدتبين لكم وأثقلت دعواالله وقالت طائفة وبل ران وهل رأيتم وهذا التمثيل غيرموجود فى التنزيل
24. Pertanyaan :
Apakah ada qo’idah khusus ( tertentu ) bagi Imam Hafs untuk waqof saktah seperti Imam Hamzah ?
Jawaban :
Tidak ada Qo’idahnya, Imam Hafs hanya membaca saktah pada empat tempat sebagaimana yang telah ada di dalam Mushaf, dan ada 2 tempat yang boleh dibaca saktah.
Keterangan a.l. dari :
 علم التلاوة، ص : 72
قال ابن الجزرى :وهو مقيد بالسماع ، فلا يجوز إلا فيما ثبت به الرواية. اهـ وقدثبت السكت عند حفص فى المواضع الآتية :
1) على الألف المبدلة من التنوين فى كلمة " عوجا " فى قوله تعا لى ( ولم يجعل له عوجا ) الكهف :1
2) على النون من كلمة " من " فى قوله تعالى ( وقيل من راق ) القيامة : 27
3) على الألف من كلمة " مرقدنا " فى قوله تعالى ( قالوا يا ويلنا من بعثنا من مرقدنا ) يس :52
4) على لام "بل " فى قوله تعالى (كلا بل ران على قلوبهم) المطففين :14
 نهاية القول المفيد، ص : 179
25. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya orang yang memegang tafsir ( Al Qur’an & terjemahnya ) yang ada tulisannya لا يمسه إلا المطهرون baik putra maupun putri yang berhadats ?
Jawaban :
Bila terjemahnya lebih banyak maka hukumnya boleh tapi lebih baik pakai wudlu, dan tidak boleh memegang tepat pada tulisan qur’annya.
Keterangan a.l. dari :
 فيض الخبير، ص :23
( فائدة ) الفرق بين الترجمة والتفسير والتأويل . أن الترجمة هى تبيين كلام أو اللغة بلغة أخرى كما قيل :
ومن يفسر لغة بلغة
 مترجم عند أهيل اللغة

وأن التفسير هو التوضيح لكلام الله أو رسوله أو الآثار أو القواعد ألأدبية أو العقلية ، وأن التأويل هو أن يكون الكلام محتملا لمعان ، فيقصر على بعضها الأبعد بدليل كما فى " ويبقى وجه ربك " فإنه محتمل للوجه الحقيقى وهو الأقرب وللذات وهو بعيد ، فيقتصر على الثانى البعيد ، لاستحالة الأول
 إعانة الطا لبين، الجزء الأول ، ص :66-67
(قوله ولامع تفسير ) أى ولايحرم حمل المصحف مع تفسيره ولامسه قال البجيرمى نقلا عن الشوبرى هل وإن قصد القرآن وحده ظاهر إطلاقهم نعم إه وقوله زاد أى على المصحف يقينا أما إذا كان التفسير أقل أو مساويا أو مشكوكا فو قلته وكثرته فلا تحل
 الإقناع ، الجزء الأول ، ص: 87
ما نصه : وظاهر كلام الأصحاب حيث كان التفسير أكثر لايحرم مسه مطلقا قال فى المجموع لأنه ليس بمصحف اى ولا فى معناه وحيث لم يحرم حمل التفسير ولامسه بلا طهارة كرها
26. Pertanyaan :
Bagaimana cara mengajar Al Quran pada anak yang apabila kita mengajarnya sesuai dengan tajwid dan mahroj kebanyakan mereka akan lari dan tak mau mengaji lagi ( takut karena banyak yang salah ). Dalam pikiran kami seandainya dibiarkan begitu saja akan menjadi kebiasan. Ya kalau anak tadi masih mau mondok lagi insya Alloh akan semakin baik, kalau tidak ?
Jawaban :
Menurut Mbah Arwani mengajar Al Quran itu harus melihat sikon ( situasi dan kondisi ) misalnya dalam mengajar anak kecil tidak boleh dipaksa dan harus bertahap sesuai kemampuannya.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 24 – 25
سئل هل يجب إدغام النون الساكنة والتنوين عند حروف الإدغام وإظهارهما عند حروف الإظهار وإخفاؤهما عند حروف الإخفاء وقلبهما عند حروف الإقلاب أم لا. وإذا كان واجبا فهل يجب على مؤدب الأطفال تعليمهم ذلك وهل المد اللازم والمتصل كذلك – إلى أن قال – ويجب على المعلم للقرآن من فقيه الأولاد وغيره أن يعلم تلك الأحكام وغيرها مما اجتمعت القراء على تلقيه بالقبول لأن كل ما اجتمعت القراء حرمت مخالفته ومن أنكر ذلك أى مما تقدم كله فهومخطئ آثم يجب عليه الرجوع عن هذا الإعتقاد – والله يقول الحق وهو يهدى السبيل – اهـ باختصار
27. Latar belakang :
Seorang imam sholat dalam bacaannya kurang sesuai dengan ilmu tajwid dan makhorijul huruf. Bagi makmum ada yang ragu–ragu tentang bacaannya.
Pertanyaan :
a. Bagaimana ini sebaiknya ?
b. Bagaimana jika terjadi di perjalanan ?
Jawaban :
a. Kalau makmumnya fasih sedang imam tidak, maka tidak sah bermakmum dengannya
b. Sama dengan jawaban [a] yaitu dengan jalan mufaroqoh kalau mengetahuinya sesudah sholat.
Keterangan a.l. dari :
 هامش إعانة الطالبين، ص : 43
( ولا ) قدوة ( قارئ بأمى ) وهو من يخل بالفاتحة أو بعضها ولو بحرف منها بأن يعجز عنه بالكلية أو عن إخراجه من مخرجه
 نهاية الزين، ص : 128
ولو تردد المأموم فى حال الإمام ، فإن كان فى سرية فلا ضرر ، وإن كان فى جهرية وأسر الإمام تابعه المأموم ووجب عليه البحث عن حاله بعد السلام، فإن تبين أنه قارئ ولو بقوله نسيت الجهر أو أسررت لكونه جائزا، وصدق المأموم لم يعد، وإن لم يتبين حاله كأن تعذر عليه البحث، أو بحث معه فلم يجبه قيل تجب الإعادة وقيل لا
28. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Qur’an baik bilghaib maupun binnadhor dengan cara dari akhir surat ke awal surat ( Nyungsang ) ?
Jawaban :
Tidak boleh.
Keterangan a.l. dari :
 التبيان فى آداب حملة القرآن ، ص : 77
وأما قراءة السورة من أخرها إلى أولها فممنوع منعا مؤكدا، فإنه يذهب بعض ضروب الإعجاز ، ويزيل حكمة ترتيب الآيات ، وقد روى ابن أبى داود عن إبراهيم النخعى الإمام التابعى الجليل والإمام مالك بن أنس أنهما كرها ذلك وأن مالكا كان يعيبه ،ويقول هذا عظيم
 زبدة الإتقان ، ص : 42
قال : وأما قراءة السورة من أخرها إلى أولها فمتفق على منعه ، لأنه يذهب بعض نوع الإعجاز ، ويزيل حكمة الترتيب
29. Pertanyaan :
Sering dijumpai di berbagai media masa bahkan dalam Al Qur’an yang telah tercetak, tulisan Al Qur’an yang tidak sesuai dengan khot utsmany. Bagaimana hukumnya menulis Al Qur’an dengan tidak memakai khot utsmany ?
Jawaban :
Khilaf, ada yang membolehkan ada yang mengharamkan, dan yang mu’tamad mengharamkan.
Keterangan a.l. dari :
 الإتقان فى علوم القرآن، الجزء الأول،ص:167
وقا ل فى موضع آخر سئل مالك عن الحروف فى القرآن مثل الواو والألف أترى أن يغير من المصحف إذا وجد فيه كذلك قال لا قا ل أبوعمر يعنى الواو والألف المزيدتين فى الرسم المعدومتين فى اللفظ نحو أولوا وقال الإمام أحمد يحرم مخالفة خط مصحف عثمان فى واو أو ياءأوألف أوغير ذلك
 إعانة الطالبين، الجزء الأول،ص:68
أن مالكا رضى الله عنه سئل هل يكتب المصحف على ما أحدثه الناس من الهجاء فقا ل لا إلا على الكتبة الأولى أي التى كتبها الإمام وهو المصحف العثمانى قا ل أبو عمرو ولا مخالف له فى ذلك من علماء الأئمة وقال بعضهم الذى ذهب إليه مالك هو الحق إذ هو فيه بقاء الحالة الأولى إلى أن يتعلمها الأخرون وفى خلافها تجهيل آخر الأمة أولهم
30. Pertanyaan :
Bolehkah wanita haid, memegang atau membawa Al Qur’an terjemah ? Kalau boleh bagaimana cara membacanya, karena ada dua qaul :
1. Dengan cara di dalam hati.
2. Dengan cara bibir bergerak tapi tidak boleh bersuara.
Jawaban :
Hukum memegang sama dengan soal no. 25, kalau membacanya dengan niat Al Qur’an maka dia boleh baca dengan cara keduanya.
Keterangan a.l. dari :
 فيض الخبير، ص : 23
( فائدة ) الفرق بين الترجمة والتفسير والتأويل . أن الترجمة هى تبيين كلام أو اللغة بلغة أخرى كما قيل :
ومن يفسر لغة بلغة
 مترجم عند أهيل اللغة

وأن التفسير هو التوضيح لكلام الله أو رسوله أو الآثار أو القواعد ألأدبية أو العقلية ، وأن التأويل هو أن يكون الكلام محتملا لمعان ، فيقصر على بعضها الأبعد بدليل كما فى " ويبقى وجه ربك " فإنه محتمل للوجه الحقيقى وهو الأقرب وللذات وهو بعيد ، فيقتصر على الثانى البعيد ، لاستحالة الأول
 إعانة الطا لبين، الجزء الأول،ص : 66-67
(قوله ولامع تفسير ) أى ولايحرم حمل المصحف مع تفسيره ولامسه قال البجيرمى نقلا عن الشوبرى هل وإن قصد القرآن وحده ظاهر إطلاقهم نعم إه وقوله زاد أى على المصحف يقينا أما إذا كان التفسير أقل أو مساويا أو مشكوكا فو قلته وكثرته فلا تحل
 الإقناع، الجزء الأول،ص : 87
ما نصه : وظاهر كلام الأصحاب حيث كان التفسير أكثر لايحرم مسه مطلقا قال فى المجموع لأنه ليس بمصحف اى ولا فى معناه وحيث لم يحرم حمل التفسير ولامسه بلا طهارة كرها
 إعانة الطالبين، الجزء الأول، ص: 79
وقراءة القرآن بقصده ولو بعض آية بحيث يسمع نفسه ( قوله بحيث يسمع نفسه ) قيد لحرمة القراءة أى ومحل حرمة القراءة إذا تلفظ بها بحيث يسمع نفسه حيث لاعارض من نحو لغط فإن لم يسمع بها نفسه بأن أجراها على قلبه أو حرك بها شفتيه ويسمى همسا فلا تحرم
31. Pertanyaan :
Jika kita sedang nderes, kemudian ada teman yang mengajak bicara terus, bagaimana cara menegur teman tersebut agar tidak mengganggu kita dan supaya teman tersebut juga tidak tersingung ?
Jawaban :
Kita terus nderes dan tidak usah menanggapi pembicaraannya.
Keterangan a.l. dari :
 خزينة الأسرار، ص : 53
ويكره قطع القرآن لمكالمة أحد قال الحليمى لأن كلام الله تعالى لا ينبغى لأحد أن يؤثر عليه غيره - إلى أن قال – وأيده البيهقى بما فى الصحيح كان ابن عمر رضى الله عنهما إذا قرأ القرآن لم يتكلم حتى يفرغ منه ويكره أيضا الضحك والعبث والنظر إلى ما يلهى عند القراءة
32. Latar belakang :
Seseorang mampu memahami Kitab Syatibi atau Tafsir Munir dan atau kitab-kitab lain. Ia juga mempunyai sanad yang muttashil sampai muallif ( pengarang ) kitab tersebut.
Pertanyaan :
Bolehkah orang tersebut mempraktekkan wujuhul qiro’at yang terdapat dalam kitab tersebut walaupun tanpa dengan musyafahah ?
Jawaban :
Tidak boleh.
Keterangan a.l. dari :
 البرهان فى تجويد القرآن، ص: 95-96
قدعلمت مماتقدم أن التجويد واجب وعرفت حقيقته والآن أقول لك : إن معرفة كيفية الإدغام ، والإخفاء ، والتفخيم ، والروم ، والإشمام ، والتسهيل ، والإمالة ونحوها لاتدرك إلابالسماع والإسماع حتى يمكنه تقويم لسان الطالب على النطق بهذه الأحكام ويمكنك الاحتراز من اللحن والخطأ فى كتاب الله الكريم . من ذلك يتبين لك أن التلقى المذكور واجب لأن صحة السند عن النبى صلى الله عليه وسلم عن جبريل عن رب العزة عز وجل بالصفة المتواترة أم ضروري للكتاب العزيز ، ولأنها من أهم أركان القراءة الصحيحة
 هداية القاري، الجزء الأول، ص: 299
مانصه : فلايجوز لأحد قراءة القرآن من غير أخذ كامل عن أفواه الرجال المقرئين بالإسناد . ويحرم تعليم علم القراءة باستنباط المسائل من كتب القوم بمطلق الرأي بغير تلق على الترتيب المعتاد لأن أحد أركان القرآن اتصال السند إلى النبى صلى الله عليه وسلم بلا انقطاع . فالإقراء بلاسند متصل إليه عليه الصلاة والسلام مردود وممنوع عن الأخذ والإتباع اهـ بلفظه
 خزينة الأسرار، ص : 16
واعلم أن الإنسان كثيرا ما يعجز عن أداء الحروف بمجرد معرفة مخارجها وصفاتها من المؤلفات مالم يسمعه من فم الشيخ .
33. Pertanyaan :
Menurut amanat Mbah Kyai Arwani, santri tidak diridloi jika ikut MTQ, tapi jika kita disuruh mengajari orang yang akan ikut MTQ bagaimana sikap kita sehubungan dengan amanat tersebut ?
Jawaban :
Kalau mengindahkan wasiyat Mbah Arwani, tidak usah ikut campur urusan MTQ.
ولا تشتروا بآياتى ثمنا قليلا ( البقرة : 41 )
34. Pertanyaan :
Bolehkah waqof tanpa nafas ? Dan bagaimana caranya waqof yang baik pada saat kita mendapat undangan khataman misalnya, sehubungan dengan terbatasnya waktu ?
Jawaban :
Tidak boleh. Caranya harus diwasholkan dengan memberi harokat.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 153
وفى الاصطلاح عبارة عن قطع الصوت على الكلمة زمنا يتنفس فيه عادة بنية استئناف القراءة إما بما يلى الحرف الموقوف عليه أو بما قبله لابنية الإعراض. وينبغى البسملة معه فى فواتح السور كما نص عليه فى النشر ويأتى فى رءوس الآى وأوساطها ولا بد من التنفس معه
 فتاوى الرملى بهامش الفتاوى الكبرى لابن حجر ، الجزء الرابع ، ص : 379
 سئل  هل يجوز للقارئ وهو مار فى القراءة أن يسكن آخر الحروف وهو مار من غير وقف وهل يجوز له أن يحرك الوقف عند الوقوف أم لا  فأجاب  بأنه يجوز التسكين المذكور لأن الوصل بنية الوقف جائز دون التحريك المذكور . اهـ
 نهاية القول المفيد، ص : 179
قال فى النشر والصحيح أن السكت مقيد بالسماع والنقل فلا يجوز إلا فيما صحت الرواية به بمعنى مقصود بذاته وقيل يجوز فى رءوس ألآى مطلقا سواء صحت الرواية به أم لا حال الوصل كقصد البيان أى بيان أنها رءوس ألآى
 إرشاد الإخوان، ص : 91
والصحيح أن السكت مقيد بالسماع والنقل فلا يجوز إلا فيما صحت الرواية به بمعنى مقصود بذاته وذهب ابن سعد إن فيما حكاه عن أبى عمرو وأبو بكر ابن مجاهد فيما حكاه عنه أبو الفضل الخزاعى إلى أنه جائز فى رؤس الآى مطلقا حالة الوصل لقصد البيان وحمل بعضهم الحديث الوارد عن أم سلمة رضى الله عنها على ذلك وإذا صح الحمل جاز والله أعلم
35. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya orang yang belum fasih membaca Al Qur’an dengan salah tapi ia sudah berusaha ?
Jawaban :
Boleh, tapi dia tetap wajib berusaha dengan segenap kemampuan.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان، ص : 67
وأما من كان لا يطاوعه لسانه أولا يجد من يهديه إلى الصواب فإن الله تعالى لايكلف نفسا إلا وسعها
 خزينة الأسرار، ص: 17
وأما من كان لا يطاوعه لسانه أولا يجد من يهديه إلى الصواب فإن الله تعالى لايكلف نفسا إلا وسعها لكن يجب عليه بذل جهده لعل الله يحدث بعد ذلك أمرا كذا فى النشر الكبير
36. Pertanyaan :
Apa sebab lafadh أنا ada yang dibaca panjang dan pendek dan apa ciri-cirinya ?
Jawaban :
Lafadh أنا yang dlomir mutakallim wahdah selalu dibaca pendek ketika washol dan panjang ketika waqof menurut Imam Hafsh.
Keterangan a.l. dari :
 البرهان، ص : 91
تثبت الألف وقفا ،وتحذف وصلا عند حفص فى الحالات السبع الآتية :
* فى لفظ " أنا " نحو : ( أنا أول المسلمين ) ( الأنعام : 163 )وتثبت الألف وقفا كذلك وتحدف وصلا فى أنا الضمير نحو : ( أنا نذير )
37. Pertanyaan :
Mengapa pada lafadh أُولئك , [أُو]-nya dibaca pendek sedangkan pada lafadh أُوْلاهم dibaca panjang ?
Jawaban :
Pada lafadh واو : أُولئك nya adalah ziyadah ( tambahan )
Pada lafadh واو : أُوْلاهم nya adalah asli.
Keterangan a.l. dari :
 حق التلاوة، ص : 155
وكذلك تزاد واو بعد الهمزة ولا تقرأ فى نحو أولو — أولات — هم أولاء — أولئك — أولئكم
 نهاية القول المفيد، ص: 186
وزيادة الواو فى سأوريكم وأولئك وأولاء وأولت
38. Pertanyaan :
Dalam membaca surat At-Taubah dengan membaca Basmalah bagaimana pendapat para imam ?
Jawaban :
Haram di permulaan surat dan makruh di tengahnya menurut Imam Ibnu Hajar.
Keterangan a.l. dari :
 ملخص أحكام التجويد، ص، : 24
وقد اختلف فى حكم الإتيان بالبسملة فى سورة براءة . فذهب ابن حجر والخطيب إلى أن البسملة تحرم فى أولها وذلك لعم كتابتها فى المصحف لأنها نزلت بالسيف ، وتكره فى أثنائها وذهب الرملى ومشايعوه على أنها تكره فى أولها وتسن فى أثنائها
 إعانة الطالبين،الجزء الأول،ص:139
وعدها آية منها وكذا من كل سورة غير براءة . وقوله غير براءة أى أما هى فليست البسملة آية منها وتكره أولها وتسن أثناءها عند م ر وعند ابن حجر تحرم أولها وتكره أثناءها أى لأن المقام لايناسب الرحمة لأنها نزلت بالسيف
39. Pertanyaan :
Karena apa tulisan lafadh سلاسل dalam Al Qur’an pojok cetakan MENARA KUDUS tidak ada alifnya padahal dalam Al Qur’an cetakan MENARA KUDUS yang tidak pojok ada alifnya ?
Jawaban :
Ada perselisihan dalam lafadh سلاسل
Menurut Imam Hafsh lafadh سلاسل itu غيرمنصرف. Adapun menurut Qiro’ah Masyhuroh lafadh سلاسلا itu منصرف . Dan untuk mempermudah membacanya, maka ditulis tanpa alif.
Keterangan a.l. dari :
 تفسيرالصا وى، الجزء السادس، ص: 307
قوله : ( سلاسل ) إما بمنع الصرف كمساجد أو بالصرف لمناسبة قوله : ( وأغلالا )
 تفسيرالصاوى، الجزء السادس، ص: 312
والتنوين للتناسب نظير ماتقدم فى سلاسل وعدم التنوين لمجيئه على صيغة المنتهى الجموع
 تفسير غرائب القرآن هامش تفسير الطبرى 10/ 111
قوله ( سلاسل ) من قرأه بالتنوين فإنه صرفه للمناسبة
40. Pertanyaan :
Seorang hafidh yang sibuk, apakah berdosa jika lupa disebabkan kesibukannya?
Dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban :
Dosa besar. Dan caranya harus mengutamakan Al Qur’an dari kesibukan yang lain.
Keterangan a.l. dari :
 الفتاوى الكبرى لابن حجر، الجزء الأول، ص: 37
ولا يعذربه وإن كان لاشتغاله بمعيشة ضرورية لأنه مع ذلك يمكنه المرور عليه بلسانه أوقلبه فلم يوجد فى المعا يش ما ينا فى هذا المرور فلم يكن شيئا منها عذرا فى النسيان نعم المرض المشغل آلمه للقلب واللسان والمضعف للمحافظة عن أن يثبت فيها ما كان فيها لايبعد أن يكون عذرا فى لأن النسيان الناشئ من ذلك لايعد به مقصرا لأنه ليس باختياره
41. Pertanyaan :
Membaca Al Qur’an harus dengan tartil, bagaimana jika sedang diburu waktu seperti saat acara khataman ketika kita mendapat undangan misalnya, sehingga bacaannya kelihatan tidak tartil ?
Jawaban :
Membaca tidak harus tartil, tadwir ( sedang ), atau chadr ( cepat ) asal masih menetapi qo’idah tajwid dan tidak ada huruf yang hilang / terlipat.
Keterangan a.l. dari :
 خزينة الأسرار، ص : 53
( مسئلة ) يسن الترتيل فى قراءة القرآن قال تعالى ورتل القرآن ترتيلا
 نهاية القول المفيد، ص: 15
( وسئل) الأهوازى عن الحدر فقا ل الحدر هو القراءة السمحة العذ بة الألفاظ التى لاتخرج القارئ عن طباع العرب العرباء وعما تكلمت به الفصحاء بعد أن يأتي بالرواية عن إمام من أئمة القراءة على مانقل عنه من المد والهمز والقطع والوصل والتشديد والتخفيف والإمالة والتفخيم والإختلاس والإشباع. فإن خالف شيأ من ذلك كان مخطئا. وليحترز فيه عن بترحروف المد وذهاب صوت الغنة واختلاس أكثر الحركات وعن التفريط إلى غاية لاتصح بها القراءة ولاتوصف بها التلاوة
 نهاية القول المفيد، ص: 18
( تتمة ) إعلم أنه لاخلاف بين القراء فى جواز القراءة بكل من الأنواع المتقدمة اى التحقيق أوالترتيل أوالتدوير أوالحدر
42. Latar belakang :
Terdapat banyak perbedaan letak waqof dan tandanya pada beberapa mushaf yang beredar di Indonesia.
Pertanyaan :
a. Apakah pemberian tanda waqof itu murni hasil ijtihad para ulama ?
b. Dasar pertimbangan apakah yang dipakai para ulama dalam memberikan tanda ?
c. Mengapa sampai terjadi perbedaan tanda waqof pada beberapa ayat yang sama, seperti ayat :
إلا الذين تابوا من بعد ذلك وأصلحوا فإن الله غفور رحيم ( آل عمران : 89 )
( tanpa tanda waqof ) dengan ayat :
إلا الذ ين تابوا من بعد ذلك وأصلحوا . فإن الله غفور رحيم ( النور : 5 )
( terdapat tanda waqof ) ?
d. Siapakah yang memberikan tanda waqof pada mushaf terbitan MENARA KUDUS, yang biasa dipakai santri Yanbu’ul Qur’an ini ?
Jawaban :
a. Tidak semuanya, melainkan berdasarkan talaqqi ( pengajaran / penerima’an dari guru ) yang sanadnya muttashil sampai Rosulullah SAW.
b. Dari kitab-kitab yang menerangkan tentang waqof, seperti kitab Manarul Huda dll.
c. Karena memang talaqqi-nya demikian.
d. Menurut Imam Sajawandi.
43. Latar belakang :
Di dalam kitab ملخص علم التجويد hal. 70, serta pada beberapa cetakan mushaf, dijelaskan bahwa لا menunjukkan tidak ada waqof ( tidak boleh waqof ).
Pertanyaan :
Dasar pertimbangan apakah yang dipakai oleh Yanbu’ul Qur’an yang memperbolehkan waqof pada tanda tersebut, tanpa perlu mengulangi ?
Jawaban :
1. Talaqqi dari guru.
2. Pertimbangan waqof tam, hasan dll.
3. Pada akhir ayat, dari segi arti, apakah membahayakan atau tidak.
Catatan : Dalam masalah ini, antara praktek waqof dan qo’idahnya lebih dulu prakteknya. Jadi yang didahulukan adalah prakteknya, di mana merupakan pengajaran langsung dari guru.
44. Latar belakang :
Di dalam kitab نهاية القول المفيد diterangkan, bahwa istilah wajib dalam tajwid ada kalanya berarti wajib syar’i dan ada kalanya berarti wajib shina’i.
Pertanyaan :
Mohon pejelasan mengenai hal-hal yang termasuk wajib syar’i dan hal-hal yang termasuk wajib shina’i ?
Jawaban :
Hal–hal yang termasuk wajib syar’iy adalah menjaga makhrojnya huruf yang bisa mengubah arti.
Adapun wajib shina’iy contohnya masalah ghunnah, ikhfa’ dll. Demikian ini menurut علماء متأخرين .
Adapun menurut علماء متقدمين masalah ghunnah, ikhfa’ dll. tetap wajib syar’iy.

Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 24
( التتمة ) – إلى أن قا ل – قا ل فى شرح القول المفيد إعلم أن الواجب فى علم التجويد ينقسم إلى واجب شرعى وهو مايثاب على فعله ويعاقب على تركه أوصناعي وهو مايحسن فعله ويقبح تركه ويعزر على تركه التعزير اللا ئق به عندأهل تلك الصناعة . فالشرعى ما يحفظ الحروف من تغيير المبنى وإفساد المعنى فيأثم تاركه. والصناعى فيما ذكره العلماء فى كتب التجويد كالإدغام والإخفاء والإقلاب والترقيق والتفخيم فلا يأثم تاركه على اختيار المتأخرين. وأما المتقدمون فاختاروا وجوب الجميع شرعا وهذا هو الموافق لما قاله العلامة ناصرالدين الطبلاوى
45. Latar belakang :
Mushaf-mushaf yang beredar di Indonesia, baik yang terbitan Indonesia maupun yang terbitan Timur Tengah, semuanya menggunakan kaidah khot utsmani. Namun pada kenyataanya terdapat beberapa perbedaan dalam bentuk tulisannya.
Pertanyaan :
a. Mushaf terbitan manakah yang sebenarnya mengikuti standar khot utsmani ?
b. Apakah penulisan yang berbeda dengan standar aslinya tidak berarti merubah tulisan mushaf yang menimbulkan dosa ?
Jawaban :
a. Mushaf terbitan Madinah yang biasa dibagikan kepada jamaah haji yang terdapat tulisan بالرسم العثمانى
b. Khilaf, menurut qoul mu’tamad memang menimbulkan dosa. Namun ada qoul yang memperbolehkan.
Keterangan a.l. dari :
 الإتقان فى علوم القرآن، الجزء الأول، ص: 167
وقا ل فى موضع آخر سئل مالك عن الحروف فى القرآن مثل الواو والألف أترى أن يغير من المصحف إذا وجد فيه كذلك قال لا قا ل أبوعمر يعنى الواو والألف المزيدتين فى الرسم المعدومتين فى اللفظ نحو أولوا وقال الإمام أحمد يحرم مخالفة خط مصحف عثمان فى واو أو ياءأوألف أوغير ذلك
 إعانة الطالبين، الجزء الأول، ص: 68
أن مالكا رضى الله عنه سئل هل يكتب المصحف على ما أحدثه الناس من الهجاء فقا ل لا إلا على الكتبة الأولى أي التى كتبها الإمام وهو المصحف العثمانى قا ل أبو عمرو ولا مخالف له فى ذلك من علماء الأئمة وقال بعضهم الذى ذهب إليه مالك هو الحق إذ هو فيه بقاء الحالة الأولى إلى أن يتعلمها الأخرون وفى خلافها تجهيل آخر الأمة أولهم
46. Latar belakang :
Setelah membaca surat Al-Fatihah, kita biasanya membaca do’a :
رب اغفرلي ولوالدي وللمؤمنين امين
Pertanyaan :
a. Mohon penjelasan tentang hadits atau ta’bir kitab mengenai teks do’a tersebut !
b. Adakah anjuran untuk membaca tersebut ?
c. Bagaimanakah hukumnya membaca do’a tersebut setelah membaca Fatihah di dalam sholat, mengingat banyak orang melakukannya ?
Jawaban :
a. Dalil hadits :
للخبر الحسن أنه صلى الله عليه وسلم قال عقب ولا الضالين رب اغفرلى وقال ع ش وينبغى أنه لوزاد على ذلك ولوالدى ولجميع المسلمين لم يضر أيضا
b. Ada.
c. Sunnah bagi pembacanya, bukan pendengarnya.
Keterangan a.l. dari :
 بغية المسترشدين، ص : 45
( فائدة ) قا ل الشريف العلامة طاهر بن حسين لايطلب من المأموم عندفراغ إمامه من الفاتحة قول رب اغفرلى وإنما يطلب منه التأمين فقط وقول رب اغفرلى مطلوب من القارئ فقط فى السكتة بين آخر الفاتحة وآمين
 إعانة الطالبين، الجزء الأول، ص : 147
( قوله سوى رب اغفرلى ) أى أنه يستثنى من التلفظ بشىء التلفظ برب اغفرلى فإنه لايضر للخبر الحسن أنه صلى الله عليه وسلم قال عقب ولا الضالين رب اغفرلى وقال ع ش وينبغى أنه لوزاد على ذلك ولوالدى ولجميع المسلمين لم يضر أيضا إهـ وانظر هل الذى يقول ماذكر ألقارئ فقط أوكل من القارئ والسامع والذى يظهر الأول بدليل قوله فى الحديث المار
47. Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti tanpa mengambil nafas pada akhir-akhir ayat yang tidak terdapat tanda saktah ?
Jawaban :
Menurut sebagian pendapat, boleh. Namun menurut qoul mu’tamad kalau waqof harus mengambil nafas.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 153
وفى الإصطلاح عبارة عن قطع الصوت على الكلمة زمنا يتنفس فيه عادة بنية استئناف القراءة إما بما يلى الحرف الموقوف عليه أو بما قبله لابنية الإعراض. وينبغى البسملة معه فى فواتح السور كما نص عليه فى النشر ويأتى فى رءوس الآى وأوساطها ولا بد من التنفس معه
 فتاوى الرملى بهامش الفتاوى الكبرى لابن حجر ، الجزء الرابع ، ص : 379
 سئل  هل يجوز للقارئ وهو مار فى القراءة أن يسكن آخر الحروف وهو مار من غير وقف وهل يجوز له أن يحرك الوقف عند الوقوف أم لا  فأجاب  بأنه يجوز التسكين المذكور لأن الوصل بنية الوقف جائز دون التحريك المذكور . اهـ
 نهاية القول المفيد ص، : 179
قال فى النشر والصحيح أن السكت مقيد بالسماع والنقل فلا يجوز إلا فيما صحت الرواية به بمعنى مقصود بذاته وقيل يجوز فى رءوس ألآى مطلقا سواء صحت الرواية به أم لا حال الوصل كقصد البيان أى بيان أنها رءوس ألآى
48. Pertanyaan :
Kenapa dalam surat Al Fatihah tidak terdapat huruf ,فاء padahal dalam surat lainnya terdapat huruf فاء?
Jawaban :
Ini termasuk rahasia Alloh, hanya saja ada sebuah cerita sebagai berikut :
قال ابن عباس رضي الله عنهما : مرض حسن بن على فاغتم النبي صلى الله عليه وسلم فاوحى الله اليه ان اقرأ سورة لافاء فيها فان الفاء من الافات, على اناء فيه ماء اربعين مرة واغسل به يديه ورجليه ووجهه ورأسه وما ظهر وما بطن من جسده فان الله تعالى يشفيه من كل داء.
Artinya : Berkata Shahabat Ibnu Abbas r.a., bahwa telah sakit Sayyid Hasan bin Ali, maka bersedihlah Rosululloh SAW. Lalu Alloh mewahyukan kepada beliau supaya membacakan surat yang tidak terdapat huruf Fa’-nya — karena huruf Fa’ itu merupakan bagian dari kata AFAT — ke sebuah bejana yang diisi air sebanyak 40 kali, lalu membasuh kedua tangannya, kedua kakinya, raut mukanya dan kepalanya, juga bagian luar dan dalam dari badannya, niscaya Alloh swt. menyembuhkannya dari segala penyakit.
49. Pertanyaan :
Apakah tindakan yang lebih tepat ketika kita menjumpai sobekan-sobekan Al Qur’an yang sudah tidak mungkin dipakai lagi ?
Jawaban :
Melebur tulisannya, dengan cara membakar atau lainnya ( untuk menjaga kehormatan Al Qur’an ). Dan abunya sebaiknya dibuang pada tempat yang tidak diinjak / dilewati orang.
Keterangan a.l. dari :
 البرهان، الجزء الأول ،ص: 477
( مسئلة ) وإذا احتيج لتعطيل بعض أوراق المصحف لبلاء ونحوه فلا يجوز وضعه فى شق أو غيره ليحفظ لأنه قد يسقط ويوطأ ولا يجوز تمزيقها لما فيه من تقطيع الحروف وتفرقة الكلم. وفى ذ لك إزراء بالمكتوب كذا قاله الحليمى. قال وله غسلها بالماء وإن أحرقها بالنار فلا بأس أحرق عثمان مصاحف فيها آيات وقراآت منسوخة ولم ينكر عليه وذكر غيره أن الإحراق أولى من الغسل. لأن الغسالة قد تقع على الأرض
50. Pertanyaan :
Kita membaca isti’adzah sebelum mulai membaca Al Qur’an, padahal Alloh Swt. berfirman :
فاذا قرأت القران فاستعذ بالله ... الآية
dengan menggunakan lafadh قرأت yang berupa fi’il madli. Mohon penjelasan !
Jawaban :
Meskipun lafadh قرأت adalah fi’il madli, namun pengertiannya istiqbal. Namun memang ada qoul yang menjelaskan bahwa membaca isti’adzah itu setelah membaca Al Qur’an.
Keterangan a.l. dari :
 حاشية الصاوى، الجزء الثالث،ص: 443
(فإذا قرأت القرآن ) أي أردت قراءته ( فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم ) قوله : ( أي أردت قراته ) أشار بذلك أن الأمر بالإستعاذة قبل القراءة ، وإليه ذهب أكثر الفقهاء والمحدثين ،ووجهه أن الإستعاذة تذهب الوسوسة ،فتقديمها أولى ، وذهب الأقل إلى إبقاء الأية إلى ظاهرها ، وأن الأمر بالإستعاذة بعد تمام القراءة
 تفسير إبن كثير، الجزء الثانى،ص: 586
والمعنى فى الإستعاذة عند ابتداء القراءة لئلا يلبس على القارئ قراءته ويخلط عليه ويمنعه من التدبر والتفكر ولهذا ذهب الجمهور إلى أن الإستعاذة إنما تكون قبل التلاوة، وحكى عن حمزة وأبى حاتم ألسجستانى أنها تكون بعد التلاوة واحتجا بهذه الأية ، ونقل النووى فى شرح المهذب مثل ذلك عن أبى هريرة أيضا ومحمد بن سرين وإبراهيم النخعى ، والصحيح الأول لما تقدم من الأحاديث الدالة على تقديمها على التلاوة والله أعلم
51. Pertanyaan :
Apakah bisa dima’fu ( dimaafkan ) orang yang tak bisa mempraktekkan makhroj yang benar, karena semisal sumbing, ompong dan sebagainya?
Jawaban :
Kalau memang tidak mampu dan sudah berusaha maksimal tapi tetap tidak bisa, insya Alloh dima’fu.
Keterangan a.l. dari :
 خزينة الأسرار، ص :17
وأما من كان لا يطاوعه لسانه أولا يجد من يهديه إلى الصواب فإن الله تعالى لايكلف نفسا إلا وسعها لكن يجب عليه بذل جهده لعل الله يحدث بعد ذلك أمرا كذا فى النشر الكبير
52. Pertanyaan :
Apakah yang harus didahulukan antara belajar ilmu fiqh, ilmu tafsir, tahfidzul qur’an, dan ilmu lainnya ?
Jawaban :
Yang didahulukan yang merupakan Fardlu ’Ain.
Keterangan a.l. dari :
 تحفة المحتاج، الجزء الرابع، ص: 309
( تنبيه ) ينبغى أن يكون من الكبائر ترك تعلم ما يتوقف عليه صحة ما هو فرض عين لكن من المسائل الظاهرية لا الخفية
53. Pertanyaan :
Bagaimana cara mengajar Al Qur’an bagi wanita yang sedang dalam masa haid ?
Jawaban :
Dengan cara murid membaca, guru mendengarkan bila ada yang salah menggunakan isyarat dan teguran terhadap murid.
Catatan : Cara mengajar Al Qur’an ada 3 macam :
1) Guru memberi contoh kepada murid terus murid menirukan.
2) Guru hanya mendengarkan bacaan murid.
3) Guru membaca, sedangkan murid mendengarkan.
Keterangan a.l. dari :
 بغية المسترشدين،ص: 26
وتحرم قراءة القرآن على نحو جنب بقصد القراءة ولومع غيرها لا مع الإطلاق على الراجح ولا بقصد غير القراءة كرد غلط وتعليم وتبرك ودعاء
54. Pertanyaan :
Berdosakah orang yang lupa hafalan Al Qur’an-nya karena hilangnya kesempatan nderes / karena kesibukan wajib yang lain ?
Jawaban :
Tetap dosa, karena menjaga hafalan itu hukumnya juga wajib.
Keterangan a.l. dari :
 الفتاوى الكبرى لابن حجر، الجزء الأول، ص: 37
ولايعذر به وإن كان لإشتغاله بمعيشة ضرورية لأنه مع ذلك يمكنه المرور عليه بلسانه أوقلبه فلم يوجد فى المعا يش ما ينا فى هذا المرور فلم يكن شيئا منها عذرا فى النسيان نعم المرض المشغل آلمه للقلب واللسان والمضعف للمحافظة عن أن يثبت فيها ما كان فيها لايبعد أن يكون عذرا فى لأن النسيان الناشئ من ذلك لايعد به مقصرا لأنه ليس باختياره
55. Pertanyaan :
Adakah rukhshoh untuk membaca Al Qur’an bagi hafidzoh yang sedang dalam masa haidl/nifas ?
Jawaban :
Ada, yakni kalau menghawatirkan hilangnya hafalan atau niat dzikir.
Keterangan a.l. dari :
 الجمل على المنهج، الجزء الأول، ص: 253
( فكحائض ) فى أحكامها السابقة كتمتع وقراءة فى غير الصلاة
 الفتاوى الكبرى، الجزء الأول، ص: 118
( قوله والقراءة فى غير الصلاة ) أى وإن خافت النسيان لأنه يندفع بإجرائها على قلبها وبالنظر فى المصحف من غير نطق وبه إندفع قول جمع متقدمين لها القراءة خوف النسيان
 إعانة الطالبين،الجزء الأول، ص: 69
ويحرم بالجنابة المكث فى المسجد وقراءة قرآن بقصده ولو بعض آية بحيث يسمع نفسه ( قوله وقراءة قرآن ) أى ويحرم قراءة قرآن وقوله بقصده أى القرآن أى وحده أو مع غيره وخرج بذلك ماإذا لم يقصده كماذكر بأن قصد ذكره أو مواعظه أو قصصه أو التحفظ ولم يقصد معها القراءة لم يحرم وكذا إن أطلق كأن جرى به لسانه بلا قصد شىء
56. Pertanyaan :
Apakah yang dimaksud dengan kata-kata : أهل القران أهل الله ?
Jawaban :
Kata أهل القران maksudnya orang yang ahli dalam bidang Al Qur’an, baik bacaannya, maknanya maupun pengamalannya. Adapun kata: أهل الله , maksudnya pilihan Alloh. Orang yang mau membaca Al Qur’an, bacaannya baik dan mau mengamalkannya, dan mempunyai sifat : أولوالبر والإحسان والصبر والتقى dengan dasar hadits yang dikomentari nadhom :
فما ظنكم بالنجل عند جزاءه
 أولئك أهل الله والصفوة الملا

Keterangan a.l. dari :
 الفتوحات المدنية الموضوعة بهامش نصائح العباد، ص: 25
روى أحمد وغيره حديث ( أهل القرآن هم أهل الله وخاصته ) أى جلساؤه المقربون فى غالب الأحوال
 أخلاق حملة القرآن، ص: 14
ومعنى الحديث : إن حملة القرآن العاملين به هم أولياء الله المختصون به اختصاص أهل الإنسان به
 سراج القارئ والمبتدئ، ص: 6
فما ظنكم بالنجل عند جزاءه
 أولئك أهل الله والصفوة الملا

أى هم أولوالبر والبر الصلاح والإحسان فعل الحسن والصبر حبس النفس على الطاعة وردعها عن المعصية وأصله فى اللغة المنع والتقى إجتناب جميع مانهى الله عنه قوله حلاهم أى صفاتهم جاء بها القرآن مفصلا أى مبينا أى أهل الله جمعوا صفات الخيرالمذكورة فى القرآن
57. Pertanyaan :
Adakah kitab tajwid yang memberi nama mad mubalaghoh untuk lafadh : فيه dalam lafadh فيه مهانا , apakah yang disebut mad mubalaghoh ?
Jawaban :
Tidak ada, itu termasuk mad shilah mubalaghoh.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص: 146
والسابع المد المبالغة وهو مد لاالنافية للجنس نحو لاريب فيه ولا شية فيها عند حمزة فقط بمقدار ألفين
 نهاية القول المفيد، ص: 131
قال ابن الجزرى وقد ورد هذاالمد فى هذه المواضع عند أصحاب القصر فى المنفصل لهذا المعنى ويسمى المد المبالغة لأنه طلب للمبالغة فى نفي الألوهية عماسوى الله تعالى وهو مذهب معروف عند العرب لأنهم يمدون مالا أصل له فى المد عند الدعاء أو الاستغاثة وعند المبالغة فى نفي شيء فالذى له أصل أولى وأحرى
 نهاية القول المفيد، ص: 149
الرابع أن تقع بين ساكن ومتحرك نحوفيه هدى وخذوه فاعتلوه وهذا مختلف فيه فابن كثير يصل الهاء المضمومة بواومدية والمكسورة بياء مدية نحو وشروه بثمن – وما أنسانيه إلا الشيطان ووافقه حفص عن عاصم فى حرف واحد وهو ويخلد فيه مهانا بالفرقان ووافقه هشام فى قوله أرجئه فى الموضعين فإنه قرأهما بهمز ساكن قبل الهاء وبضم الهاء ووصلها بواو ساكنة كما يقرؤه ابن كثير والباقون يقرءون بترك الصلة
 مذكرة فى التجويد، ص : 38
وشذت كلمة ( فيه مهانا ) حيث إنها وقعت بين ساكن ومتحرك وفيها صلة
58. Pertanyaan :
Dinamakan apakah alif-nya lafadh قوا ريرا ?
Jawaban :
Alif littanasub ( untuk menyerasikan akhir ayat ) supaya bisa sama ketika waqof. Ro’-nya dibaca panjang satu alif ( untuk qiro’ah yang membaca tidak tanwin ) dan sebagai tanda bahwa ada Imam lain ada yang membaca dengan tanwin : قواريرا
Keterangan a.l. dari :
 نها ية القول المفيد، ص : 203
والحاصل أن الذين يقفون عليهما بالألف نافع وشعبة وهشام والكسائى وكذا ابو جعفر والذين يقفون على الأول بالألف وعلى الثانى بالسكون ابن كثير وأبو عمرو وابن ذكوان وحفص وكذاروح وخلف والذى يقف عليهما بالسكون حمزة وكذا رويس اهـ
 تفسير الصاوى ، الجزء السادس، ص: 312
قوله : ( كانت قواريرا) جمع قارورة – إلى أن قال- والتنوين للتناسب نظيرماتقدم فى سلاسل ، وعدم التنوين لمجيئه على صيغة المنتهى الجموع
59. Pertanyaan :
Bagaimana posisi ujung lidah ketika membaca huruf ضاد ?
Jawaban :
Ujung lidah diangkat ke atas, menempel pada langit–langit / gusi. Lidah jangan sampai dikeluarkan sehingga kelihatan.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص :60
فلا بد للقارئ المجود أن يلفظ بالضاد مفخمة مستعلية مطبقة مستطيلة فيظهر صوت خروج الريح عند ضغط حافة اللسان لما يليه من الأضراس عند اللفظ بها ومتى فرط فى ذلك أتى بلفظ الظاء المعجمة فالضاد أصعب الحروف تكلفا فى المخرج وأشدها صعوبة على اللافظ اهَََـ باختصار
60. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya membaca أمنا بالله setelah mendengar / membaca ayat : فبأي ألاء ربكما تكذبان ?
Jawaban :
Bacaan yang wurud ketika mendengar atau membaca ayat tersebut adalah :
ولا بشَيْءٍ مِنْ نِعَمِك ربنا نُكذّبُ فلك الحمد
Keterangan a.l. dari :
 زبدة الإتقان، ص : 38
وأخرج الترمذى والحاكم عن جابر قال :خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم على أصحابه ، فقرأعليهم سورة الرحمن من أولها إلى آخرها ، فسكتوا ، فقال : لقد قرأتها على الجن ، فكانوا أحسن مردودا منكم ، كنت كلما أتيت على قوله : " فبأى آلاء ربكما تكذبان " قالوا : ولا بشيء من نعمك ربنا نكذب ، فلك الحمد
 نهاية القول المفيد، ص : 240
قال النووى رحمه الله تعالى قلت وفى فبأى آلاء بكما تكذبان يقول ولابشيء من نعمك ربنا نكذب فلك الحمد رواه الحاكم
61. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya membaca lafadh الله di dalam adzan dengan melebihi ukuran panjangnya ?
Jawaban :
Ukuran panjang dalam adzan 14 harokat, kalau lebih dari itu ada yang mengharamkan.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية الزين، ص : 56
وان لا يزيد فى مد الألف التى بين اللام والهاء إلى حد لايراه أحد من القراء وهو عالم بالحال بأن لايزيد على أربع عشرة حركة. فإن زاد عليها ضر
 حق التلاوة، ص : 116
المدود : فى مقدار المدود فى الأذان خلاف بين المذاهب. وأطول مد سمحوا به (10) حركات وقيل (14 ) حركة (سبع ألفات ). فالزياة فى المد ، أو الإنقاص فيما يجب مده ،أو اللحن فى لفظ حرف خطأ يجب التحرز عنه أو التنبيه على مرتكبه . وأكثر ما يقع المؤذنون فيه من الخطأ اللحن فى زيادة المد عن حده – إلى أن قال – كل هذا حرام ينبغى تجنبه ويمتنع قبوله ويجب رده على مرتكبه
62. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Qur’an yang belum dimusyafahahkan?
Jawaban :
Tidak boleh. Karena dikhawatirkan salah dalam membaca.
Keterangan a.l. dari :
 الإتقان،الجزءالأول،ص: 103
( فائدة ) ادعى ابن خير الإجماع على أنه ليس لأحد أن ينقل حديثا عن النبى صلى الله عليه السلام مالم يكن له به رواية ولو بالإجازة فهل يكون حكم القرآن كذلك فليس لأحد أن ينقل آية أو يقرأها مالم يقرأها على شيخ لم ار فى ذلك نقلا ولذلك وجه من حيث أن الإحتياط فى أداء ألفاظ القرآن أشد منه فى ألفاظ الحديث
 هداية القارى، الجزء الأول،ص: 299
قال العلامة المحقق الشيخ أبو العاكف محمد أمين المدعو بعبد الله أفندى زادة شيخ الإقراء فى وقته باستانبول فى كتابه ( عمدة الخلان ) شرح زبدة العرفان فى القراءات العشر ما نصه : فلا يجوز لأحد قراءة القرآن من غير أخذ كامل عن أفواه الرجال المقرئين بالإسناد . ويحرم تعليم علم القراءة باستنباط المسائل من كتب القوم بمطلق الرأى بغير تلق على الترتيب المعتاد لأن أحد أركان القرأن اتصال السند إلى النبى صلى الله عليه وسلم بلا انقطاع .فالإقراء بلا سند متصل إليه عليه الصلاة والسلام مردود وممنوع عن الإخذ والإتباع اهـ بلفظه
 خزينة الأسرار، ص : 16
وليأخذوا القرآن بكمال الأخذ عن أفواه المشايخ المتصلة إلى حضرة النبوة وليصل إليهم الفيض الإلهى والأسرار القرآنية والبركات الفرقانية فإنها لاتحصل إلابتعلمهم القرآن من أفواه المشايخ المسلسلة وليكتب كمال الثواب بعرضهم القرآن على المشايخ فإن الله تعالى لايكتب الثواب لقارئ القرآن بغير التعلم بل يعذبه إن قرأ باللحن الجلى كذا فى روح البيان
63. Pertanyaan :
Waqof sukun pada semisal lafadh : الفتْحُ , أخرجتْكَ , اكتسبْنَ dsb. Apakah sifat-sifatnya huruf yang diwaqofkan itu masih tetap atau naqish ?
Jawaban :
Masih tetap.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 80- 81
فإذا سكنت اى النون تخرج من الخيشوم لامن المتحركة – إلى أن قال – وليحترز من خفا ئها حالة الوقف نحو العالمين يؤمنون الظالمون فيجب عليه الإعتناء ببيانها فكثيرا مايتركون ذلك فلا يسمعونهاحالة الوقف
 نهاية القول المفيد، ص : 72
فإذا نطقت بها اى الكاف فوفها حقها واعتن بما فيها من الشدة والهمس لئلا يذهب بها إلى الكاف الصماء الثابتة فى بعض لغات العجم وهى غير جائزة فى لغة العرب وليحذر من إجراء الصوت معها كما يفعله بعض النبط والأعاجم ولا سيما إذاتكررت أو شددت أو جاورها حرف مهموس نحوبشرككم ويدرككم الموت ونكتل
64. Latar belakang :
Di dalam Al Qur’an banyak kita temukan penambahan huruf [و] dibaca alif atau mad thobi’i seperti dalam surat الأنعام ayat 52 terdapat lafadh : بالغدوة
Pertanyaan :
a. Apakah huruf [و] ini termasuk huruf زيادة ?
b. Apakah lafadhnya boleh dibaca بالغُدْوَة ?
Jawaban :
a. Ya, ada yang ziyadah dan ada yang penulisannya mengikuti salah satu qiro’ah.
b. Boleh, bila dibaca menurut Imam Ibnu Amr Asyamiy.
Keterangan a.l. dari :
 تفسير النسفى، الجزء الثانى، ص: 12
بالغُدوة شامى ووسمهم بالإخلاص فى عبادتهم
 فيض البركات فى سبع القراآت، الجزء الأول ،ص: 15
( بالغُدْوَة ) الشامى والباقون بالغَدوة
65. Pertanyaan :
Pada surat النحل dalam membaca sajdah sebenarnya pada ayat 49 atau 50 ? Mohon penjelasannya !
Jawaban :
Ada dua pendapat. Akan tetapi qoul yang paling kuat adalah pada ayat 50.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية الزين،ص : 87
وفى النحل عند قوله : ويفعلون مايؤمرون ، وقيل يستكبرون .وأول الآية : ولله يسجد ما فى السموات وما فى الأرض من دابة
66. Pertanyaan :
Pada lafadh إنشاءً ( dengan tanwin manshub ) dll. bila diwaqafkan menjadi إنشاءَا , terus panjang bacaan itu termasuk mad apa ?
Jawaban :
Mad ’iwadl, panjangnya satu alif ( dua harokat ). Mad ini hanya berlaku pada tanwin manshub.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان، ص: 92
( فأقول ) إن الإسم المنون الموقوف عليه لايخلو من أن يكون مرفوعا أو مجرورا أومنصوبا إلى أن قال – والمنصوب يبدل من تنوينه الألف نحو رأيت زيدا
 مذكرة فى التجويد، ص : 44
مد العوض هو إبدال التنوين المنصوب ألفا لدى الوقف ، مالم يكن التنوين على التأنيث المربوطة أمثلته مقتدرًا تقرأ وقفا مقتدرَا
67. Latar belakang :
Lafadh الم الله jika diwasholkan, mimnya dibaca fathah.
Pertanyaan :
a. Apakah boleh dibaca selain fathah yakni dibaca kasroh atau dlommah ?
b. Jika boleh, apa sebabnya ?
c. Jika tidak, apa alasanya ?
Jawaban :
a. Tidak boleh.
b. —
c. Karena ajaran Rosulullah memang demikian ( atau dengan kata lain tauqifiy ) dengan alasan supaya lafadh Allah tetap tafkhim.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد،ص : 138
وفى المرعشى قال ابو شامة فإن تحرك الساكن فى هذا القسم نحو الم الله آل عمران فإنه بفتح الميم وحذف الهمز عند جميع القراء إلا الأعشى والم احسب الناس أول العنكبوت فإنه بفتح الميم على قراءة ورش خاصة فإنه ينقل فتحة همزة الإستفهام ويحدف الهمز فيجوزفى هذا المثالين المد نظرا الى الساكن الأصلى على الراجح ويجوز القصر نظرا الى الحركة العارضة وإنما كانت فتحة مع أن الأصل فى التخلص من التقاء الساكنين الكسر مراعاة لتفخيم لام اسم الله إذ لوكسرت الميم لرققت لام الجلالة واتفت المحافظة على تفخيمها . قال فى الطراز والصواب أن الميم حينئذ فتحت لتفخيم لام الجلالة لا للنقل على حسب التخفيف كماذكر ولذلك أشار صاحب الكنز فقال
ومد له عند الفواتح مشبعا
لكل وذا فى آل عمران قد اتى

 وإن طرأ التحريك فاقصر وطولا
وورش فقط فى العنكبوت له كلا

68. Pertanyaan :
Apa ada thoriq yang membaca mad jaiz munfashil hingga 7 alif atau 14 harokat ? Mohon penjelasan !
Jawaban :
Tidak ada.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص: 134
والحاصل أن المد المنفصل والمتصل اتفقا فى الزيادة وتفاوتا فى النقص فلا يجوز فيهما الزيادة على ست حركات ولا يجوز نقص المتصل عن ثلاث حركات ولاالمنفصل عن حركتين وهذا كله تقريبا لايضبط إلا بالمشافهة من أفواه المشايخ والسماع من الأستاذ الراسخ ثم الإدمان عليه
 هداية القارى، الجزء الأول، ص : 303
أولا : المد المنفصل بانفراده فيه لحفص من طريق الطيبة أربع مراتب وهى القصر وفويقه والتوسط وفويقه فا لقصر حركتان وفويق القصر ثلاث حركات والتوسط أربع وفويق التوسط خمس
69. Pertanyaan :
Pada ayat 91-92 Surat Al-A’rof Juz 9 :

فأخذتهم الرجفة فأصبحوا في دارهم جاثمين  الذين كذبوا شعيبا كأن لم يغنوا فيها الذين كذبوا شعيبا كانوا هم الخاسرين 
Ada tanda :
Yang pertama pada akhir ayat dan yang kedua di tengah ayat. Bagaimana hukumnya jika pada tanda tersebut kita baca waqof keduanya?
Jawaban :
Tanda waqof di atas tersebut menurut ahli tajwid termasuk waqof mu’anaqoh / muroqobah, maka tidak boleh waqof keduanya atau washol keduanya.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية، ص : 59
ومثل هذا التركيب يسمى عندأرباب الوقوف معانقة أو مراقبة بمعنى أنه إذا وقف على الأول يصل فى الثانى أو بالعكس فلا يجوز وقفهما ولا وصلهما
70. Pertanyaan :
Pada kitab Yanbu’a jilid 6 terdapat tanda lingkaran kecil [○] di atas alifnya lafadz أطعنا , فأضلونا , فى النار , dsb. yang mana tanda tersebut tidak kita dapatkan pada mushaf Rosm Utsmani terbitan Makkah, mohon penjelasan !
Jawaban :
Untuk tanda lingkaran kecil [○] di Yanbu’a yang tidak terdapat di mushaf Rosm Utsmani itu untuk menjelaskan huruf mad yang kalau waqof dibaca panjang dan kalau washol dibaca pendek atau hilang dan tanda itu tidak termasuk Rosm Ustmaniy .
Keterangan a.l. dari :
 الطراز على ضبط الخراز
ووضع الصفر المستطيل القائم ( o ) فوق ألف بعدها متحرك يدل على زيادتها وصلا لاوقفا ، نحو : أنا خير منه . لكنا هو الله ربى . وأهملت الألف التى بعدها ساكن ، نحو أنا النذير . من وضع الصفر المستطيل فوقها وإن كان حكمها مثل التى بعدها متحرك فى أنها تسقط وصلا وتثبت وقفا لعدم توهم ثبوتها وصلا
 مذكرة فى التجويد، ص: 45
فى القرآن سبع ألفات تثبت وقفا وتسقط وصلا وهى ثابتة رسما : وعلامتها فى المصحف صفر مستطيل ( o ) فوق الألف

71. Pertanyaan :
Apakah ada perbedaan cara membaca dari semua huruf yang mempunyai sifat berlawanan, terutama hams dalam artian ketika huruf tadi berharokat atau sukun ?
Jawaban :
Pasti ada.
72. Pertanyaan :
Dalam juz 8 surat Al – An’am ayat 143 & 144 terdapat lafadh :
قل ءالذكرين ( di situ boleh dibaca 2 macam : panjang dan tashil ). Bila yang pertama dibaca panjang, bolehkah pada ayat berikutnya dibaca tashil dan demikian pula sebaliknya ?
Jawaban :
Boleh karena sudah lain qodliyah bahkan lain ayat dan hal itu bukan termasuk talfiq. Tapi sebaiknya disamakan.
73. Pertanyaan :
Apakah boleh kita waqof pada ayat sebelum إلاّ pada surat selain surat At–Taubah dan Al–Anfal ? Contoh :
ولا تجادلوا أهل الكتاب إلا بالتى هى أحسن ، إلا Mohon penjelasan.
Jawaban :
Tidak boleh pada إلاّ yang memiliki arti ” kecuali ”.
Keterangan dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 165-166
إعلم أن كل كلمة تعلقت بما بعدها بأن يكون مابعدها من تمامها لايوقف عليها كالمضاف دون المضاف إليه ـ إلى أن قال ـ ولا على المستثنى منه دون المستثنى نحو إن الإنسان لفى خسر إلا الذين آمنوا لكن هذا ونحوه فى الوقف عليه خلاف لكونه رأس آية
74. Pertanyaan :
Apakah boleh kita waqof pada lafadz الذى dan التى ? Mohon penjelasan !
Jawaban :
Kalau diwaqofkan yang tidak diulang lagi tidak boleh, karena ada sangkut paut dengan lafadz sebelumnya.
Keterangan a.l. dari :
 النشر، الجزء الأول، ص: 234
( رابعها قول ) أئمة الوقف لايوقف على كذا معناه أن لايبتدأ بما بعده إذ كلما أجازوا الوقف عليه أجازوا الإبتداء بما بعده إلى أن قال - فتراهم يقولون ( صراط الذين أنعمت عليهم غير ) ثم يقولون ( غير المغضوب عليهم ) ويقولون ( هدى للمتقين الذين ) ثم يبتدئون ( الذين يؤ منون بالغيب ) فيتركون الوقف على ( عليهم وعلى المتقين ) الجائزين قطعا ويقفون على ( غير ، والذين ) الذين تعمد الوقف عليهما قبيح بالإجماع ، لأن الأول مضاف والثانى موصول وكلاهما ممنوع من تعمد الوقف عليه وحجتهم فى ذلك قول السجاوندى ( لا ) فليت شعرى إذ منع من الوقف عليه هل أجاز الوقف على : غير ، أو : الذين ؟ فليعلم أن مراد السجاوندى بقوله : ( لا ) أى لايوقف عليه على أن يبتدأ بما بعده كغيره من الأوقاف

75. Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti pada kalimat atau ayat yang bertanda waqof لا semisalفويل للمصلين ?
Jawaban :
Tidak boleh kecuali pada akhir ayat.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية، ص : 59
ثم اعلم أن الوقف على رؤوس الآى سنة – إلى أن قال _ أقول فظاهر هذا الحديث أن رؤوس الآى يستحب الوقوف عليها سواء وجد تعلق لفظى أم لا وهو الذى اختاره البيهقى وقال أبو عمرو هو أحب إلى لكنه خلاف ماذهب إليه أرباب الوقوف كالسجاوندى وصاحب الخلاصة وغيرهما من أن رؤوس الآى وغيرهما فى حكم واحد من جهة تعلق ما بعده بما قبله وعدم تعلقه ولذا جعلوا رمز " لا " ونحوه فوق الفواصل كما كتبوها فوق غيرها مع اتفاقهم على جواز الإبتداء بعد رؤوس الآى بخلاف ما سواها مما لايكون علامة الوقوف فوقها
 نهاية القول المفيد، ص: 169
ومثل ذلك فى القبح الوقف على الأسماء التى تبين نعوتها حقائقها كقوله تعالى فويل للمصلين وشبهه لأن المصلين اسم ممدوح محمود لايليق به ويل وإنما خرج من جملة الممدوحين بنعته المتصل به وهوقوله الذين هم عن صلاتهم ساهون
 هداية القارى، الجزء الأول، ص: 387-389
التنبيه الثانى : اشتهر عند كثير من الناس أن الوقف على لفظ ( للمصلين ) فى قوله تعالى ( فويل للمصلين Oالذين هم عن صلاتهم ساهون ) قبيح وحرام ولايجوز مطلقا وزعموا أن القارئ لو وقف على هذا اللفظ لأوهم تناول الويل كل مصل وليس كذلك وإنما الويل ( وهو واد فى جهنم أو وعيد شديد كما قاله المفسرون ) للمصلين الموصوفين بالصفات المذكورة بعد فى قوله تعالى ( الذين هم عن صلاتهم ساهون ) إلى آخر السورة وهذا حجتهم فى منع الوقف على هذا اللفظ وحتموا الوصل بالموصولين بعد ليظهر المراد ويتم الكلام . والصواب الذى عليه الجمهور هو جواز الوقف على هذا اللفظ لأنه من رؤوس الآى والوقف من رؤوس الآى سنة لحديث أم المؤمنين أم سلمة رضى الله عنها وقد تقدم ذكره غير مرة وهذا كما قلت المشهور عند جمهور العلماء وأهل الأداء وإن تعلق رأس الآية بمابعدها لفظا ومعنى كهذا الموضع كما تقدم
76. Pertanyaan :
Bagaimana hukum membaca lafadh بسم الله الرحمن الرحيم bila disambung dengan bacaan sebelum atau sesudahnya ? Dan bagaimana caranya ?
Jawaban :
Bila disambung dengan ta’awwudz ada 4 macam dan boleh dijalankan semuanya :
قطع الجميع : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم  بسم الله الرحمن الرحيم  الحمد لله رب العالمين
قطع الأول ووصل الثانى : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم  بسم الله الرحمن الرحيم — الحمد لله رب العالمين
وصل الأول وقطع الثانى : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم — بسم الله الرحمن الرحيم  الحمد لله رب العالمين
وصل الجميع : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم — بسم الله الرحمن الرحيم — الحمد لله رب العالمين
Bila disambung dengan akhir dan awal surat juga ada 4 macam :
قطع الجميع : ومن شر حاسد إذا حسد  بسم الله الرحمن الرحيم  قل أعوذ برب الناس
قطع الأول ووصل الثانى : ومن شر حاسد إذا حسد  بسم الله الرحمن الرحيم – قل أعوذ برب الناس
وصل الأول وقطع الثانى : ومن شر حاسد إذا حسد – بسم الله الرحمن الرحيم  قل أعوذ برب الناس
وصل الجميع : ومن شر حاسد إذا حسد – بسم الله الرحمن الرحيم – قل أعوذ برب الناس
Yang nomor 3 tidak boleh dijalankan. Karena kalau waqof pada basmalah seakan–akan basmalah akhir surat.
Keterangan a.l. dari :
 المذكرة فى التجويد ص : 14 – 15
77. Pertanyaan :
Huruf Ro’ pada lafadzأولى الإِرْبة dibaca tebal atau tipis ?
Jawaban :
Tipis, karena Ro’ sukun jatuh sesudah kasroh asli dan hamzahnya bukan hamzah washol.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية ص : 30
فلا ترقق إلا لموجب - إلى أن قال – وليس بعدها حرف استعلاء متصل احترازا عن نحو أنذر قومك ولاتصعر خدك وفاصبر صبرا جميلا مباشر بأن لا يكون بين الكسرة والراء حركة أخرى فى الفعل نحو إستغفر والإسم العربى نحو الإربة والأعجمى نحو فرعون
 مذكرة فى التجويد،ص: 64
إذا كان ساكنا بعد كسر أصلى وليس بعده حرف استعلاء : ( وجاء فرعون ، أولى الإربة ، شرعة )
78. Pertanyaan :
Bagaimanakah kita sebagai santri Yanbu’ dalam menyikapi kritik yang mengatakan bahwa Pondok Yanbu’ belum memakai Mushaf Rosm Utsmani ?
Jawaban :
Kita terima saja, nyatanya memang belum memakai. Kita berusaha supaya bisa memakai mushaf Rosm Utsmani.
79. Pertanyaan :
Ada orang selesai musyafahah sampai 30 juz, ternyata setelah itu diketahui ada kalimat yang keliru pada waktu musyafahah. Bagaimanakah sikap yang harus ia lakukan, apakah harus setor ( musyafahah ) lagi atau cukup dibenarkan sendiri ?
Jawaban :
Supaya lebih hati–hati kalau baru diajukan dan sebaiknya diulangi. Kalau sudah selesai 30 juz setidak–tidaknya dimusyafahahkan pada temannya sendiri agar semuanya dapat dimusyafahahkan dengan baik dan benar.
80. Pertanyaan :
Ada orang musyafahah dengan seorang kyai sampai 15 juz lalu kyai tersebut meninggal. Kemudian orang tadi meneruskannya sampai 30 juz di maqbaroh beliau. Sahkah musyafahah yang demikian ?
Jawaban :
Tidak sah, karena kalau ada yang salah tidak bisa membenarkan.
81. Pertanyaan :
Bolehkah pada lafadh من مرقدنا ، عوجا dibaca waqof ? dan kalau tidak boleh apakah harus dibaca washol dengan cara saktah ?
Jawaban :
Boleh, bahkan lebih utama, karena عوجا itu akhir ayat dan من مرقدنا itu adalah ucapan orang kafir, sedangkan هذا ما وعد الرحمن adalah ucapan orang mu’min / malaikat, maka juga sebaiknya waqof. Dan kalau washol harus saktah menurut Imam Hafsh.
Keterangan a.l. dari :
 مذكرة فى التجويد، ص : 89
يلاحظ أن ( عوجا ) رأس آية وأن (مرقدنا ) نهاية قول الكافرين فيجوز الوقف عليهما لكونهما وقفا تاما ، ويجوز وصلهما بسكت بما بعدهما . أما (من راق ) و(بل ران ) فلايجوز الوقف على (من ) و (بل ) لأنهما ليسا موضعى وقف ، إنما يجب السكت عليهما مع إظهارهما
82. Latar belakang :
Dalam lafadh فيه ظلمات ورعد وبرق sebagian cetakan, di atas wawu ada yang bertasydid dan ada yang tidak.
Pertanyaan :
a. Manakah penulisan yang tepat ( benar ) ?
b. Tasydid merupakan dua huruf yang diidghomkan, Bagaimana menanggapi perbedaan ini ?
Jawaban :
a. Sama benarnya, karena yang menulis memakai tasydid berpendapat bahwa itu bacaan idghom walaupun idghom naqish ( seperti cetakan sekarang ) Sedangkan yang tidak memakai tasydid ( seperti qur’an Rosm Ustmani ) itu menunjukkan bahwa idghomnya naqish.
b. Ya memang diidghomkan, tinggal menurut pendapat siapa ( Sama dengan jawaban a ).
83. Pertanyaan :
Nun kecil pada lafadhويل لكل همزة لمزة نالذى dinamakan nun apa ? Dan dalam ilmu tajwid masuk dalam bab apa ?
Jawaban :
Dinamakan nun tanwin, tapi juga ada yang mengatakan nun ’iwadl ( belum diketahui keterangan ini di kitab yang mu’tabar ).
Masuk dalam bab nun tanwin, sebagaimana keterangan dalam kitab مذكرة فى التجويد
Keterangan a.l. dari :
 مذكرة فى التجويد، ص : 78
إذا سبق التنوين همزة الوصل فإن نونه تحرك بالكسر ،
مثل : محظورًا  محظورَنِ انْظر
 هداية القارى ، الجزء الأول، ص: 158
فقولنا هنا : ( نون ساكنة ) خرج به نون التنوين المتحركة للتخلص من التقاء الساكنين نحو فتيلا نانظر. منيب ن ادخلوها
84. Pertanyaan :
Pada lafadh : إن أبانا لفي ضلال مبين * اقتلوا يوسف
dan lafadh : وما أنتم بمصرخي إني كفرت *kenapa tidak boleh waqof dan apa sebabnya ? Adakah kitab yang menjelaskan masalah tsb. ?
Jawaban :
Karena menimbulkan salah faham arti. Sebab kalau waqof pada lafadh إني كفرت berarti menyatakan kekufuran, maka tidak boleh.
Adapun إن أبانا لفي ضلال مبين * اقتلوا يوسف tempatnya di akhir ayat maka tidak apa-apa bahkan sunnah waqof. Tapi ada yang mengatakan tidak boleh karena menyalahfahamkan Al Qur’an, bahwa Al Qur’an menyuruh membunuh Nabi Yusuf.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية ص : 59
ثم اعلم أن الوقف على رؤوس الآى سنة – إلى أن قال _ أقول فظاهر هذا الحديث أن رؤوس الآى يستحب الوقوف عليها سواء وجد تعلق لفظى أم لا وهو الذى اختاره البيهقى وقال أبو عمرو هو أحب إلى لكنه خلاف ماذهب إليه أرباب الوقوف كالسجاوندى وصاحب الخلاصة وغيرهما من أن رؤوس الآى وغيرهما فى حكم واحد من جهة تعلق ما بعده بما قبله وعدم تعلقه ولذا جعلوا رمز " لا " ونحوه فوق الفواصل كما كتبوها فوق غيرها مع اتفاقهم على جواز الإبتداء بعد رؤوس الآى بخلاف ما سواها مما لايكون علامة الوقوف فوقها
 نهاية القول المفيد، ص : 26
( والثانى ) ما كان من جهة الوقف فإنه لايجب على القارئ الوقف على محل معين بحيث لو تركه يأثم ولايحرم الوقف على كلمة بعينها إلا إذا كانت موهمة وقصدها فإن اعتقد معناها كفر والعياذ بالله كأن وقف على قوله إن الله لايستحيى – ومامن إله – وإنى كفرت وشبه ذلك ومعنى قولهم لايوقف على كذا معناه أنه لايحسن الوقف صناعة على كذا وليس معناه أن الوقف يكون حراما أو مكروها بل خلاف الأولى إلا إن تعمد الوقف على نحو قوله – لقد كفر الذين قالوا ونحو لقد سمع الله قول الذين قالوا وابتدأ بما بعدذلك فيحرم عليه فإن اعتقدمعناه كفر كماهو ظاهر اهـ
85. Pertanyaan :
Bolehkah orang membaca Al Qur’an dengan cara hadr, tadwir dan tartil dalam satu halaman / satu ayat ?
Jawaban :
Boleh, karena belum menemukan keterangan yang melarang.
Keterangan a.l dari :
 إرشاد الإخوان ص : 67
قال الشيخ الإمام أبو عبد الله الشيرازى من بعد ذكره الترتيل والحدر ولزوم التجويد فيهما حسن الأداء فرض فى القرآن ويجب على القارئ أن يتلو القرآن حق تلاوته صيانة للقرآن عن أن يجد اللحن والتغيير إليه سبيلا على أن العلماء قد اختلفوا فى وجوب حسن الأداء فى القرآن فبعضهم ذهب إلى أن ذلك مقصورعلى مايلزم المكلف قراءته فى المفترضان فإن تجويد اللفظ وتقويم الحروف وحسن الأداء واجب فيه وذهب الآخرون إلى أن ذلك واجب على كل من قرأ شيئا من القرأن كيفما كان لأنه لارخصة في تغيير لفظ القرآن وتعويجه واتخاذ اللحن إليه سبيلا والمذهب الثانى هو الصحيح
86. Pertanyaan :
Apakah dibenarkan membaca غير المغضوبdengan mecécé tetapi kedengarannya seakan sama dengan yang moncong ke depan ?
Jawaban :
Tidak dibenarkan.
Keterangan a.l dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 70
فإذا نطقت بالغين فوفها حقها من صفاتها وإياك أن تحدث فيها همسا فيلتبس لفظها بالخاء لأنهما من مخرج واحد واحذر تفخيم لفظ المستفلة عند مجاورتها وإذا وقع بعدها ألف فلابد من تفخيم لفظها لاستعلائها نحوقوله – غافر الذنب – وغاسق إذا وقب – وكذا إن كانت مفتوحة ولم يجئ بعدها ألف نحو غفور وغفار
 هداية القارى، الجزء الأول، ص: 116
وكذلك الغين الساكنة من نحو ( المغضوب ) احترازا من تحريكها وهو لحن فظيع ولا يخفى أن الغين هنا مفخمة من المرتبة الثانية لسكونها بعد فتح كما مر آنفا فتنبه
87. Pertanyaan :
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa apabila ada wawu atau ya’ jatuh setelah fathah dan dibaca waqof disebut mad lain. Apakah lafadh فمن اعتدَوْا jika dibaca waqof termasuk mad lain ? Mohon penjelasan !
Jawaban :
Tidak, karena pengertian mad lain adalah apabila ada wawu atau ya’ jatuh setelah fathah dan bertemu sukun karena waqof.
Keterangan a.l dari :
 مذكرة فى التجويد، ص : 41
مد اللين : هو الواو أو الياء الساكنان المفتوح ماقبلهما قبل آخرالكلمة الموقوف عليها بالسكون العارض ، ولافرق فى أن يكون آخر الكلمة همزة أو حرفا آخر مثل اثنتين ، ضيف
88. Pertanyaan :
Dalam permulaan surat : طس تلك ءايات القرءان وكتاب مبين
sebagian cetakan tidak ada tanda waqof dan tidak termasuk ayat. Sebaiknya dibaca waqof apa washol ? Dan apabila washol caranya bagaimana ?
Jawaban :
Boleh waqof /washol dan biasanya tandanya ( ج )
Kalau washol dibaca ikhfa’.
Keterangan a.l dari :
 إرشاد الإخوان، ص : 83
ونحو الم ونحوه من حروف الهجاء فواتح السور الوقف عليها تام على أن يكون المبتدأ أو الخبر محذوفا أى هذا الم أو الم هذا أو على إضمار فعل أى قل الم على استئناف مابعدها وغير تام على أن يكون ما بعدها هو الخبر
89. Latar belakang :
Ketika menemui waqof mu’anaqoh, qori’ ingin berhenti pada titik tiga yang kedua akan tetapi belum sampai yang kedua nafasnya habis.
Pertanyaan :
Dari manakah dia memulainya ?
Jawaban :
Memulainya sebaiknya melihat susunan kalimah yang ada di situ karena memulai ada yang baik dan ada yang jelek.
Keterangan a.l dari :
 نهاية القول المفيد،ص: 152
فإن عرض له أى للقارئ عجز بعطاس أو قطع نفس أو نحوه عند مايكره الوقف عليه عاد من أول الكلام ليكون الكلام متصلا بعضه ببعض ولئلا يكون الإبتداء بما بعده موهما للوقوع فى محذور كقوله تعالى ـ لقد سمع الله قول الذين قالوا ـ فإن ابتدأ بما يوهم ذلك كان مسيئا إن عرف معناه . قال ابن الأنبارى لاإثم عليه لأن نيته الحكاية عمن قاله وهو غير معتقد له ولا خلاف أنه لايحكم بكفره من غير تعمد أو اعتقاد لظاهره اهـ
90. Pertanyaan :
Pada bacaan lam jalalahnya lafadh الله ada yang membaca lebih condong ke huruf ”u”, apakah hal ini bisa dibenarkan ?
Jawaban :
Tidak bisa dibenarkan karena bukan dlommah melainkan fatchah yang dibaca تفخيم atau تغليظ dengan menebalkan makhrojnya lam.
Keterangan a.l dari :
 نها ية القول المفيد، ص : 92
قال المرعشى وينبغى أن يزاد فى هذا الضرب اللام المفخمة فى اسم الله عز وجل لما نقل عن الرعاية أنه إذا كان المشدد مفخما للتعظيم و الإجلال نحو قال الله وشبهه وجب على القارئ أن يظهر التشديد إظهارا متمكنا ليظهر التفخيم فى اللام وليس فى كلام العرب لام أظهر تفخيما وأشد تعظيما من اللام فى اسم الله عز وجل لأنه فخم لإرادة التعظيم والإجلال وذلك إذا كان قبل اللام فتح أو ضم
91. Latar belakang :
Dalam kitab فتاوى الرملى بهامش الفتاوى الكبرى لابن حجر jilid 4 hal. 379 tertulis keterangan :
 سئل  هل يجوز للقارئ وهو مار فى القراءة أن يسكن آخر الحروف وهو مار من غير وقف وهل يجوز له أن يحرك الوقف عند الوقوف أم لا  فأجاب  بأنه يجوز التسكين المذكور لأن الوصل بنية الوقف جائز دون التحريك المذكور . اهـ
Pertanyaan :
Apakah keterangan ini merupakan dasar pedoman bagi yang memperbolehkan waqof tanpa mengambil nafas lalu meneruskan bacaan berikutnya ? Dasar ini apakah boleh dipakai ?
Jawaban :
Menurut qo’idah tajwid tidak boleh, tapi dalam kitab النشر karangan ابن الجزري ada yang memperbolehkan namun di akhir ayat saja dengan tujuan لقصد البيان, mungkin yang dimaksud dalam kitab tsb. adalah akhir ayat.
Keterangan a.l dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 153
وفى الإصطلاح عبارة عن قطع الصوت على الكلمة زمنا يتنفس فيه عادة بنية استئناف القراءة إما بما يلى الحرف الموقوف عليه أو بما قبله لابنية الإعراض. وينبغى البسملة معه فى فواتح السور كما نص عليه فى النشر ويأتى فى رءوس الآى وأوساطها ولا بد من التنفس معه
 نهاية قول المفيد، ص : 179
قال فى النشر والصحيح أن السكت مقيد بالسماع والنقل فلا يجوز إلا فيما صحت الرواية به بمعنى مقصود بذاته وقيل يجوز فى رءوس ألآى مطلقا سواء صحت الرواية به أم لا حال الوصل كقصد البيان أى بيان أنها رءوس ألآى
 إرشاد الإخوان، ص : 91
والصحيح أن السكت مقيد بالسماع والنقل فلا يجوز إلافيما صحت الرواية به بمعنى مقصود بذاته وذهب ابن سعد إن فيما حكاه عن أبى عمرو وأبو بكر ابن مجاهد فيما حكاه عنه أبو الفضل الخزاعى إلى أنه جائز فى رؤس الآى مطلقا حالة الوصل لقصد البيان وحمل بعضهم الحديث الوارد عن أم سلمة رضى الله عنها على ذلك وإذا صح الحمل جاز والله أعلم
92. Pertanyaan :
Sebagaimana keterangan pada kitab مذكرة فى التجويد hal. 15, membaca basmalah antara dua surat ada 2 wajah, jaiz dan ghoiru

jaiz ( mamnu’ ). Yang dimaksud dengan mamnu’ apakah haram atau lainnya dan apakah berdosa jika melanggarnya ?
Jawaban :
Di kebanyakan kitab, keterangannya hanya mamnu’ saja tidak ada keterangan berdosa atau tidak. Namun di dalam kitab إبراز المعاني syarah الشاطبية menerangkan bahwa mamnu’ yang berkaitan dengan masalah di atas adalah makruh.
Keterangan a.l. dari :
 إبراز المعانى ص : 69
فإن ابتليت بوصلها بالأخر فتمم الوصل بأول السورة الأخرى فتتصل بهما كما تتصل سائر الآيات بما قبلها وما بعدها ولك أن تقطعها من الآخر والأول وتلفظ بها وحدها ، والأولى قطعها من الآخر ووصلها بالأول فهذه أربعة أوجه : الأول مكروه ولآخر مستحب وما بينهما وجهان متوسطان وهما وصل البسملة بهما وقطعها عنهما ويتعلق بالوصل والقطع أحكام ذكرناها فى الكبير قال صاحب التيسير والقطع عليها إذا وصلت بآواخر السور غير جائز والله أعلم
93. Pertanyaan :
Dalam kitab ملخص أحكام التجويد halaman 38 ada keterangan :
وأما من طريق الشاطبية فلايجوزالتكبيربين السورتين مطلقا
Mohon penjelasan tentang bacaan takbir yang telah berlaku pada kita yang menganut thoriq Imam Syathibi !
Jawaban :
Bila kita mengamalkan takbir di antara dua surat maka kita mengikuti thoriq طيبة النشر dan untuk thoriq Imam Syathibi hanya satu wajah saja yaitu tidak takbir.
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى، ص : 589
ويتحصل مما ذكر أن لحفص وجهين التكبير سواء أكان خاصا أم عاما وتركه. أما وجه التكبير فمن طريق الشاطبية وجها واحدا. وأحد الوجهين له من طريق طيبة النشر. وأما وجه التكبير بمذاهبه الثلاثة المذكورة آنفا فمن طريق الطيبة فى وجهها الثانى. والوجهان – أى التكبير وعدمه صحيحان مأخوذ بهما لحفص إلا إن ترك التكبير هو المقدم فى الأداء وبهذين الوجهين قرأت له الطيبة وبترك التكبير قرأت له من الشاطبية ، وبالله التوفيق
94. Pertanyaan :
Apakah pengertian dan rincian ” hukum ” dalam ilmu tajwid sama dengan ” hukum ” dalam ilmu syara’ ?
Jawaban :
Rincian hukum dalam ilmu tajwid tidak sama dengan yang di ilmu syara’. Tapi kadang-kadang juga memakai hukum ilmu syara’.
95. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Qur’an yang tidak kuat nafasnya tanpa mengulangi dari sebelumnya, dalam arti langsung meneruskan setelahnya ?
Jawaban :
Kalau berhenti tidak pada tanda waqof maka harus diulangi dengan baik seperti kalau adaفاعل harus ada فعل nya, kalau صفة harus ada موصوف nya dan seterusnya.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان، ص : 86
( وأما الإبتداء ) فلا يكون إلا اختياريا لأنه ليس كالوقف تدعو إليه ضرورة فلا يجوز إلا بمستقل بالمعنى وموف بالمقصود – إلى أن قال – نحو الوقف على ومن الناس فإن الإبتداء بالناس قبيح وبمن تام ولو وقف على ماوعدناالله ضرورة كان الإبتداء بالجلالة قبيحا وبوعدنا أقبح منه وبما أقبح منهما
 إرشاد الإخوان، ص : 86-87
(تنبيهات ) أولها قول الأئمة لايجوز الوقف على المضاف دون المضاف اليه ولاعلى الفعل دون الفاعل ولا على الفاعل دون المفعول إلى أن قال – ولايريدون بذلك أيضا أنه لايوقف عليه البتة لأنه إذا اضطر القارئ إلى الوقف على شيئ من ذلك باعتبار قطع نفس أو نحوه من تعليم أو اختبار جاز له الوقف بلا خلاف عن أحد منهم ثم يعتمد فى الإبتداء ماتقدم من العود إلى ماقبل فيبتدئ به كمامر
 نهاية القول المفيد،ص : 168
وفى المرعشى اعلم أن الوقف قبل تمام الكلام ليس إلا ترك ما استحب لما قال السيوطى قولهم لايجوز الوقف على المضاف دون المضاف اليه ولا على الفعل دون الفاعل ولا على الفاعل دون المفعول الى أخر ما تقدم إنما يريدون بذلك الجواز الأدائى وهو الذى يحسن فى القراءة ولا يريدون بذلك أنه حرام أو مكروه إلا أن يقصد بذلك تحريف القرآن وخلاف المعنى الذى أراد الله تعالى فإنه يكفر والعياذ بالله تعالى فضلا عن أن يأثم ويجب ردعه بحسبه على ماتقتضيه الشريعة المطهرة
96. Pertanyaan :
Bagaimana hukum membaca Al Qur’an yang terhenti di tengah ayat sebab cegukan atau menguap, apakah harus diulangi dari awal atau boleh diteruskan?
Jawaban :
Jika terhentinya pada tanda waqof maka tidak usah mengulangi.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد،ص: 152
فإن عرض له أى للقارئ عجز بعطاس أو قطع نفس أو نحوه عند مايكره الوقف عليه عاد من أول الكلام ليكون الكلام متصلا بعضه ببعض ولئلا يكون الإبتداء بما بعده موهما للوقوع فى محذور كقوله تعالى ـ لقد سمع الله قول الذين قالوا ـ فإن ابتدأ بما يوهم ذلك كان مسيئا إن عرف معناه . قال ابن الأنبارى لاإثم عليه لأن نيته الحكاية عمن قاله وهو غير معتقد له ولا خلاف أنه لايحكم بكفره من غير تعمد أو اعتقاد لظاهره اهـ
97. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya mencoret atau menuliskan sesuatu ( Latin/Arab ) di mushaf Al Qur’an ?
Jawaban :
Jika coretan atau tulisan itu mengandung penghinaan terhadap Al Qur’an maka haram hukumnya.
98. Pertanyaan :
Bolehkah kita mengamalkan teori yang ada pada kitab seperti pada lafadh الآن dengan dua wajah yakni tashil dan ibdal, sedang saat musyafahah kita hanya membaca satu wajah ( tashil saja ) ?
Jawaban :
Musyafahah itu bisa dengan salah satu cara berikut ini :
1. Mengaji setor kepada guru ;
2. Mendengar pengajian guru ;
Yang dimaksud guru adalah orang yang sudah pernah musyafahah.
Bila belum pernah musyafahah seperti halnya di atas maka tidak boleh mengamalkannya.
Keterangan a.l. dari :
 البرهان فى تجويد القرآن، ص : 96
والآن أقول لك : إن معرفة كيفية الإدغام ، والإخفاء ،والترقيق ، والتفخيم ، والروم ، والإشمام ، والتسهيل ، والإمالة ونحوها .لاتدرك بالسماع والإسماع حتى يمكنه تقويم لسان الطالب على النطق بهذه الأحكام ، ويمكنك الإحتراز من اللحن والخطأ فى كتاب الله الكريم من ذلك يتبين أن التلقى المذكور واجب لأن صحة السند عن النبى صلى الله عليه وسلم عن جبريل عن رب العزة عز وجل بالصفة المتواترة أم ضرورى للكتاب العزيز
 نهاية القول المفيد، ص : 13
( فائدة ) الأخذ عن الشيوخ على نوعين (أحدهما ) أن يسمع من لسان المشايخ وهوطريق المتقدمين ( وثانيهما ) أن يقرأ فى حضرتهم وهم يسمعو نها وهذا مسلك المتأخرين
99. Pertanyaan :
Sampai di mana batasan orang yang tidak tahu dalam membaca Al Qur’an sehingga bilamana dalam bacaannya salah menurut ilmu tajwid ia dikategorikan berdosa ?
Jawaban :
Yang dikategorikan berdosa adalah orang yang membacanya sampai merubah makhroj atau merubah arti dan dia tidak mau menggurukan kepada orang yang ahli Al Qur’an.
 إسعاد الرفيق، الجزء الثانى، ص : 87
(ومنها اللحن فى القرآن ) فإنه من المنكرات القبيحة ( وإن لم يخل بالمعنى ) ولم يغيره لكن إذا تعمده وكان يمكنه التعلم ولم يتعلم فيحرم عليه ويفسق به ويشاركه المستمع إن قدر على رده وإلا منعه من القراءة إن لم يفد فيه التلقين اهـ
 إرشاد الإخوان، ص : 67
فمن قدر على تصحيح كلام الله تعالى بالفظ الصحيح وعدل إلى اللفظ الفاسد العجمى أو النبطى القبيح إستغناء بنفسه واستبدادا برأيه وحدسه واتكالا على ماألف من حفظه واستكبارا عن الرجوع إلى عالم يوفقه على تصحيح لفظه فإنه مقصر بلا شك وآثم بلا ريب وغاش بلا مرية فقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الدين النصيحة لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
100. Pertanyaan :
Bagaimana membaca ro’ atau lam yang bertasydid ketika waqof ?
Seperti contoh : مستقرّ، فطلّ
Jawaban :
Caranya seperti akan membaca dua huruf tapi dimatikan atau ada tekanan. Pada lafadh مستقرّ jangan sampai menimbulkan getaran yang terlalu banyak.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد ص : 92
وقال فيهاأيضا إذا كان الحرف المشدد راء وجب على القارئ أن يشددها تشديدا بالغا ويخفى تكريرها فإخفاء التكرير كأنه زيادة فى التشديد لأن إخفاء التكرير يحتاج غلى شدة لصق اللسان على أعلى الحنك كما نقل عن الجعبرى إهـ
 نهاية القول المفيد ص : 93
وتشديد الحرف المشدد عند الوقف عليه أبلغ من تشديده فى الوصل لأن الوقف عليه فيه صعوبة على اللسان فيجب بيان تشديده إذا لم يرم نحو مستمرّ ومن طرف خفىّ وهم العدوّ
101. Pertanyaan :
Kenapa hamzah washolnya بسم pada lafadh بسم الله الرحمن الرحيم itu dibuang ?
Padahal lafadh اقرأ باسم ربك الذى خلق ( dalam Surat Al ’Alaq ), hamzah washolnya masih tetap ada. Mohon penjelasan !
Jawaban :
Setiap lafadh اسم yang dimudhofkan pada lafadhالله kalau didahului satu huruf, maka hamzah washolnya dihilangkan pada bacaanya maupun pada tulisannya ( khusus dimudhofkan pada lafadh الله bukan ربك ). Sebagai gantinya alif yang dibuang, tulisan ” Ba’ ” nya ditulis panjang atau ” sin ” nya yang ditulis panjang.

Adapun jika dimudlofkan pada selain lafadh الله tulisannya masih tetap dan bacaanya hilang.
Keterangan a.l. dari :
 تفسير النيسابورى الموضوع بهامش تفسير الطبرى، الجزء الأول، ص : 52
الثالثة طولوا الباء من بسم الله اما للدلالة على همزة الوصل المحذوفة وإما لانهم أرادوا أن لايستفتحوا كتاب الله إلا بحرف معظم وكان يقول عمر بن عبد العزيز لكتابه طولوا الباء وأظهروا السين ودوروا الميم تعظيما لكتاب الله وقال أهل الإشارة الباء حرف منخفض فى الصورة فلما اتصل بكتاب لفظ الله ارتفعت واستعلت فلا يبعد أن القلب إذا اتصل بحضرة الله يرتفع حاله ويعلوا شأنه
 الكشاف، الجزء الأول، ص : 5
( فإن قلت ) فلم حذفت الألف فى الخط وأثبتت فى قوله باسم ربك ( قلت) قد اتبعوا فى حذفها فى الدرج دون الإبتداء الذى عليه وضع الخط لكثرة الإستعمال وقالوا طولت الباء تعويضا من طرح الألف وعن عمر بن عزيز أنه قال لكاتبه طول الباء وأظهر السنات ودور الميم
 الجامع لاحكام القرآن للقرطبى، الجزء الأول، ص : 95
الثالثة عشرة : بسم الله تكتب بغير الف استغناء عنها بباء الإلصاق فى اللفظ والخط لكثرة الإستعمال بخلاف قوله إقرأباسم ربك فإنها لم تحذف لقلة الاستعمال
102. Pertanyaan :
Bagaimana cara membaca yang benar pada kalimah – kalimah seperti :
لِلرّجال، تصريفِ الرّياح، وفِى الرّقاب ، يسكنِ الرّيح، مِنْ رِجالكم
Jawaban :
Ro’ awal syiddahnya dibaca tebal kemudian ro’ kasrohnya tipis ( tarqiq ). Alasannya, ro’ syiddah adalah dua ro’ yang awal sukun, bila sebelum ro’ sukun itu dlommah atau fatchah atau kasroh yang baru, maka dibaca tafkhim.
Adapun من رجالكم dibaca tipis sebab tidak didahului ال.
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى، الجزء الأول، ص: 122
وإن كانت مكسورة فلا خلاف فى ترقيقها لجميع القراء سواء كانت مخففة أومشددة نحو رجال ، رئاء الناس ، والصابرين ، وفى الّرِّقاب ، والغارمين وما إلى ذلك
 هداية القارى، الجزء الأول، ص: 124
الشرط الثانى : أن يكون قبل الراء كسرة عارضة سواء كانت هذه الكسرة مع الراء فى كلمتها نحو ( ارجعى ) ، ( اركعوا )، أم كانت منفصلة عنها نحو ( إن ارتبتم ) ( أم ارتابوا ) وهذا الشرط مقابل للشرط الثانى من شروط الترقيق
الشرط الثالث : أن يكون قبل الراء كسرة أصلية منفصلة عنها نحو ( الذى ارتضى ) وهذا الشرط مقابل للشرط الثالث من شروط الترقيق
 المنح الفكرية، ص: 30
وأما المتصل العارض فهو مادخل على كلمة الراء ولم ينزل منزلة الجزء منها وهو الذى لايخل إسقاطه بها كما فى باء الجر ولامه وكهمزة الوصل نحو اركبوا وارتابوا فى الإبتداء – إلى ن قال- وأما المنفصلة اللازمة قبل راء ساكنة فهو ماكانت فى كلمة أخرى لازمة البناء على الكسر نحو الذى ارتضى عند الكل
103. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya waqof pada lafadh عليهم pertama pada surat Al Fatihah ayat ke-7 ?
Jawaban :
Kalau nafasnya tidak mampu lebih baik waqof. Karana sebagian ada yang berpendapat itu termasuk ayat.
Keterangan a.l. dari :
 إعانة الطالبين، الجزء الأول، ص : 147
والأولى أن لا يقف على أنعمت عليهم لأنه ليس بوقف ولا منتهى آية عندنا فإن وقف على هذا لم تسن الإعادة من أول الآية. وعبارة ع ش فلو وقف عليه لم يضر فى صلاته والأولى عدم اعادة ما وقف عليه والإبتداء بما بعده لأن ذلك وإن لم يحسن فى عرف القراء إلا أن تركه يؤدى إلى تكرير بعض الركن القولى وهو مبطل فى قول فتركه أولى خروجا من الخلاف اهـ
104. Pertanyaan :
Sebarapa kadar ukuran hamsnya ta’ yang berada di tengah kalimah ? Karena kadang-kadang kami mendengar hamsnya tersebut seperti huruf sin.
Jawaban :
Hamsnya adalah sekadar mengeluarkan nafas sedikit.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص: 85
وإذا سكنت وأتى بعدها حرف من حروف المعجم فاحذر إخفاءها نحوقوله فتنة لأن التاء حرف فيه ضعف فإذا سكن ازداد ضعفا فلا بد من إظهاره لشدته وتجب المحافظة على همسه خصوصا عند الوقف عليه نحو قوله وتمت وكلمت وبقيت لئلا يصير دالا مهملة اهـ
105. Pertanyaan :
Mengapa pada lafadh يرضهُ لكم hu-nya dibaca pendek ?
Jawaban :
Karena يرضهُ لكم ha’ dhomirnya jatuh setelah huruf mati yang terbuang ( asli dari يرضَهُ adalah(يرضَى هُ
Keterangan a.l. dari :
 مذكرة فى التجويد، ص: 37
وشذت كلمة ( يرضه ) من قوله تعالى ( يرضه لكم ) حيث توفيت شروط الصلة ولا صلة فيها
 نهاية القول المفيد، ص: 148-149
الرابع أن تقع بين ساكن ومتحرك نحو فيه هدى وخذوه فاعتلوه
106. Pertanyaan :
Mengapa ada perbedaan dalam washol dan waqofnya pada lafadh berikut ini : فى السموات ائتوني ?
Jawaban :
Karena ada dua huruf hamzah yang berkumpul, yang pertama berupa hamzah washol.
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى، الجزء الثانى، ص: 498-499
االأولى : أن تقدم همزة الوصل على همزة القطع الساكنة –إلى أن قال – وذلك لايكون إلا فى الأفعال نحو اؤتمن وائذن وائتوا وائتنا وائتونى – إلى ان قال- ثم لهذه الصورة حالتان : الحالة الأولى : وصل كلمة من هذه الكلمات ونحوها بما قبلها وحينئذ وتسقط همزة الوصل فى الدرج وتثبت همزة القطع ساكنة نحو ( الذى اؤتمن ) بأن وصل لفظ ( الذى ) بلفظ ( اؤتمن ) وهنا نجد أن همزة الوصل سقطت فى الوصل وتبدل همزة القطع ساكنة وذلك عند من قرأ بتحقيقها كحفص عن عاصم وهكذا الحكم فى بقية الأمثلة المذكورة وشبهها . الحالة الثانية : إلى أن قال – وإن كان ثالث الفعل مضموما ضما عارضا كانت حركة الإبتداء بهمزة الوصل بالكسر على الأصل ولا التفات إلى الضم الموجود حاليا لثالث الفعل فإنه عارض كمامر : ومثاله : الإبتداء بكلمة ( ائتونى ) ونحوها وهنا تبدل الهمزة الساكنة ياء مدية لوقوعها إثر كسر باعتبار الإصل
107. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan perbedaan imalah dan taqlil ?
Jawaban :
Imalah : Mencondongkan harokat fathah kepada kasroh dan lebih berat condongnya ke kasroh.
Taqlil : Menyedikitkan condongnya fathah ke kasroh, lebih berat ke fathahnya.
Keterangan a.l. dari :
 حق التلاوة، ص: 123
والإمالة هى النحو بالفتحة نحو الكسرة . والإمالة نوعان : الإمالة الكبرى ( أوالإضجاع ) وهى المرادة عند إطلاق اصطلاح الإمالة . والإمالة الصغرى ( أوالتقليل ) وهو نطق الحرف بين الفتحة والإمالة . ولا تكون كل من الإمالة والتقليل إلا فى ذوات الياء ( وهى الألف المتطرفة المنقلبة عن ياء ) وتكون فى الأسماء والأفعال نحو موسى ، القربى ، الأنثى ، استوى، استغنى، تعالى
108. Pertanyaan :
Dalam surat Asy-Syamsi pada akhir ayat kebanyakan diakhiri dengan huruf ها misalnya وضحيـها ، إذا تليـها ، إذا جليـها dst. Pada ayat فكذبوه فعقروها dalam Al Qur’an terbitan selain Menara Kudus terdapat tanda waqof ج sedangkan pada terbitan menara tidak ada tanda waqof.
Pertanyaan :
Bolehkah kita berhenti pada ayat tersebut tanpa harus mengulangi ?
Jawaban :
Boleh.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص: 162
ولايباح الوقف على قوله والفتح وإن كان رأس آية لإن رءوس الآى إنما يباح الوقف عليها إن تم الكلام بأن أخذ المبتداء خبره والفعل فاعله والشرط وجوابه وكذا القسم فلا ىو قف على نحو والعصر وكذا والنجم إذا هوى لكن إذا طال الكلام قبل الإتيان بالجواب يباح الوقف حينئذ كما فى فواصل والشمس وضحاها فيصح الوقف على فواصلها ولو كان قبل الجواب إلا على الفاصلة التى قبل قوله قدأفلح من زكاها لاتصالها بالجواب
109. Latar belakang :
Dalam kitab المنح الفكرية diterangkan bahwa makhroj huruf lam adalah أول حافة اللسان مع ما يليها الخ. Ada beberapa anak yang menggunakan makhroj lam pada طرف اللسان hampir seperti huruf ذال atau seperti orang yang celat ( padahal sebenarnya anak tersebut tidak celat ).
Pertanyaan :
Adakah imam yang berpendapat bahwa مخرج اللام كمخرج الذال ?
Jawaban :
Tidak ada imam yang berpendapat demikian.
Keterangan a.l. dari :
 إرشاد الإخوان،ص: 51
( المخرج الخامس) للام من حافة اللسان من أدناها إلى منتهى طرفه بينها وبين ما يليها من الحنك الأعلى مما فويق الضاحك والناب والرباعية والثنية
( المخرج العاشر ) للظاء والذال المعجمتين والثاء المثلثلة من بين طرف اللسان وأطراف الثنايا العليا ولبعضهم من بين طرفاللسان واللثة ويقال لهذه الثلاثة لثوية نسبة إلى اللثة وهى اللحم النابت فيه الأسنان
110. Pertanyaan :
Dalam Alfiyyah disebutkan apabila ada lafadh ما setelah huruf jar maka cara membacanya bila waqof harus membuang alif dan diganti ha’ bahkan juga ketika washol ( menurut imam Ibnu Katsir ). Yang kami tanyakan apakah ada imam qurro’ masyhuroh yang membaca kalimat عم يتساءلون diwaqofkan pada kalimat عم ? Dan kalau ada bagaimana caranya ?
Jawaban :
Al Qur’an itu tidak bisa diqiyaskan dengan nahwu. Namun dalam hal tersebut menurut imam Al-Bazzi boleh mewaqofkan dengan menambah ha’ dengan dalil
بخلف عن البز وادفع مجا هلا
 وفيمه وممه قف لمه بمه

Hanya saja عم bukan tempat waqof. Adapun imam yang lain dengan menyukun mim.
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى، الجزء الثانى، ص: 522
وحكم الوقف على (ما) الإستفهامية مختلف فيه بين القراء . فوقف البزى عن ابن كثير المكى ويعقوب البصرى بإلحاق هاء السكت فى أحد الوجهين عنهما . ووقف الباقون ومن بينهم حفص عن عاصم بحذف هاء السكت وسكون الميم مع التشديد فى (عم ومم) ومع التخفيف فى غيرهما (6) فتدبر
(6) وجه حذف الألف من (ما) الإستفهامية المجرورة بحرف الجر الفرق بينها وبين (ما) الموصولة قاله صاحب ( نثر المرجان- إلى أن قال- ووجه زيادة هاء السكت وقفا لمن زادها المحافظة على حركة الميم الدالة على الألف المحذوفة قاله العلامة النورى فى رح الطيبة الجزء الأول مخطوط ورقة رقم (473) كما وجه النورى فى نفس الورقة عدم إلحاق الهاء بأنه اتباع للرسم اهـ مؤلفه
 سراج القارئ والمبتدئ،ص: 81
بخلف عن البز وادفع مجا هلا
 وفيمه وممه قف لمه بمه

أمر بالوقف بالهاء كما لفظ بالهاء للبزى بخلاف عنه على قوله تعالى فيم أنت من ذكراها فلينظر الإنسان مم خلق وعم يتساءلون ولم تقولون وبم يرجع المرسلون وشبه ذلك فتعين للباقين الوقف بغير هاء تبعا للرسم
111. Pertanyaan :
Apakah hikmah dari perbedaan tulisan dan perbedaan kalimah pada lafadh-lafadh sebagai berikut : رحمة dengan رحمت , فانفجرت dengan فانبجستdan lafadh ألاّ تعلوdengan أن لا تعلو ?
Jawaban :
Untuk lafadh رحمة kalau kita waqof, waqofnya dengan ha’, sedangkan pada lafadh رحمت dengan ta’.
Adapun lafadh أنْ لاتعلو ketika kita terpaksa waqof, maka boleh waqof pada lafadh أنْ sedangkan untuk ألاّ تعلو pada lafadh ألاّ .
Untuk lafadh فانفجرت dan فانبجست , itu semata kalimah yang mutarodif, dan hanya Alloh swt. yang mengetahui rahasianya.
Keterangan a.l. dari :
 نهاية القول المفيد، ص : 201
(فإن قيل) ماثمرته معرفة المقطوع والموصول (أجيب) بأن ثمرته جواز الوقف على إحدى الكلمتين المقطوعتين باتفاق ووجوبه على الأخيرة من الموصولتين باتفاق أيضا وأما ما اختلف فى قطعه ووصله فيجوز الوقف على كلتا الكلمتين نظرا إلى قطعهما ويجب على الأخيرة نظرا إلى وصلهما اهـ
112. Pertanyaan :
Sahkah musyafahahnya santri yang bacaannya salah atau tidak urut tetapi tidak diketahui oleh ustadznya ?
Jawaban :
Tidak sah.
Catatan : Imam Syu’bah sebagai rowi Imam ’Ashim tidak pernah musyafahah lebih dari lima ayat dalam satu majlis, dengan maksud agar seluruh bacaannya disaksikan oleh gurunya.
113. Pertanyaan :
Cenderung ke manakah suara pantulan qolqolah, apakah ke fathah, dlommah, kasroh ataukah ke pêpêt ?
Jawaban :
Menurut beberapa qoul di kitab–kitab cenderung ke harokat sebelumnya dan ada yang cenderung ke fathah walaupun sebelum dan sesudahnya bermacam–macam harokat, dan ada juga qoul yang tidak condong kemana–mana tapi hampir seperti pêpêt. Sesuai yang kita musyafahahkan
Keterangan a.l. dari :
 هداية القارى ، الجزء الأول ،ص: 87-88
أما كيفية أدائها فقد اختلف العلماء فى ذلك على أكثر من قول والمشهور منها قولان :
الأول : أن الحرف المقلقل يتبع حركة ما قبله ويستوى فى ذلك ما كان سكونه موصولا أو موقوفا عليه مخففا أو مشددا . فإن كان ما قبله مفتوحا نحو ( ليقطع ) ( و الحج ) فقلقلته للفتح أقرب . وإن كان ماقبله مكسورا نحو (قبلة ) فقلقلته للكسر أقرب . وإن كان ماقبله مضموما ( مقتدر ) فقلقلته للضم أقرب . هذا هو القول المشهور وعليه الجمهور وانظر جهد المقل وشرحه للمرعشى
الثانى : أن الحرف المقلقل يكون للفتح أقرب مطلقا سواء أكان قبله مفتوحا أم مكسورا أم مضموما – إلى أن قال – هذا وذكر صاحب العميد قولا ثالثا فى كيفية أداء القلقلة حاصله أن حروف القلقلة تتبع حركة ما بعدها من الحروف لتتناسب الحركات. وهو قول من الأقوال الواردة فى غير القولين المشهورين
114. Pertanyaan :
Bagaimana jika kita santri Simbah KHM. Arwani Amin ditunjuk untuk menjadi juri MTQ ?
Jawaban :
Yang jelas, Simbah Kyai melalui wasiat beliau telah melarang kita.
Catatan : Kalau masih ingin menjadi keluarga / santri Simbah KHM. Arwani Amin, ya harus mengindahkan wasiat tersebut.
ولا تشتروا بآياتى ثمنا قليلا ( البقرة : 41 )
115. Pertanyaan :
Mohon petunjuk mengenai cara membenahi hafalan yang sulit, dan cara nderes yang efektif ?
Jawaban :
Menurut dhawuh Simbah KHM. Arwani Amin adalah : مَنْ جَدَّ وَجَدَ Adapun mengenai nderes yang efektif, adalah menyusun waktu yang bisa digunakan untuk nderes secara istiqomah.
116. Latar belakang :
Pada mushaf-mushaf ( ayat–ayat sajdah ) tertulis ’inda Syafi’i atau lighoiri Malik. Padahal beliau beliau ini kita ketahui bukan termasuk Imam Qiro’ah.
Pertanyaan :
a. Mengapa pada ayat-ayat tersebut tertulis demikian dan bukan nama dari Imam Qiro’ah ?
b. Bagaimanakah menurut Imam Qiro’ah ( عاصم / حفص ) termasuk ayat-ayat sajdah atau bukan ? Dan bagaimana pula menurut imam–imam yang lainnya ?
Jawaban :
a. Sebab masalah Assajdah itu masalah Fiqhiyyah bukan masalah Qiro’ah.
b. Menurut Imam Qiro’ah ( عاصم / حفص ) termasuk ayat-ayat sajdah, demikian juga menurut imam-imam yang lainnya.
117. Pertanyaan :
Bolehkah membaca Al Qur’an dengan suara dalam ( separuh-separuh ) atau rêngêng-rêngêng ( Jawa, Red. ) ?
Jawaban :
Boleh asal tidak merubah makhroj dan shifatnya huruf.
118. Latar belakang :
Dengan terbitnya Yanbu’a yang mana di dalamnya termuat tulisan dan harokat yang dipakai dalam mushaf Rosm Utsmani (RU), setidaknya Bapak Kyai menganjurkan untuk memakai Al Qur’an RU.
Pertanyaan :
Bolehkah santri Yanbu’ memakai Al Qur’an yang sesuai dengan qaidah RU ?
Jawaban :
Boleh sekali bahkan dianjurkan.
Keterangan a.l. dari :
 الإتقان فى علوم القرآن 1/167
وقال فى موضع آخر سئل مالك عن الحروف فى القرآن مثل الواو والألف أترى أن يغير من المصحف إذا وجد فيه كذلك قال لا
قال أبوعمر يعنى الواو والألف المزيدتين فى الرسم المعدومتين فى اللفظ نحو أولوا وقال الإمام أحمد يحرم مخالفة خط مصحف عثمان فى واو أو ياءأوألف أوغير ذلك
 إعانة الطالبين 1/68
أن مالكا رضى الله عنه سئل هل يكتب المصحف على ما أحدثه الناس من الهجاء فقا ل لا إلا على الكتبة الأولى أي التى كتبها الإمام وهو المصحف العثمانى قا ل أبو عمرو ولا مخالف له فى ذلك من عماء الأئمة وقال بعضهم الذى ذهب إليه مالك هو الحق إذ هو فيه بقاء الحالة الأولى إلى أن يتعلمها الأخرون وفى خلافها تجهيل آخر الأمة أولهم
 ملحق هامش التبيان ، ص : 154 دار النفائس
وقال العلامة نظام الدين النيسابورى مانصه : "وقال جماعة من الأئمة إن الواجب على القراء والعلماء وأهل الكتابة أن يتبعوا هذا الرسم فى خط المصحف فإنه رسم زيد بن ثابت وكان أمين رسول الله صلى الله عليه وسلم وكاتب وحيه
وقال البيهقى فى شعب الإيمان : من كتب مصحفا ينبغى أن يحافظ على الهجاء الذى كتبوا به تلك المصاحف ولايخالفهم فيه ولايغير مماكتبوه شيئا ، فإنهم كانوا أكثر علما وأصدق قلبا ولسانا وأعظم أمانة ، فلا ينبغى أن نظن بأنفسنا استدراكا عليهم اهـ
119. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya mewasholkan akhir Surat Al Ikhlas dengan awal Surat Al Ikhlas itu sendiri sebagaimana membaca Surat Al Ikhlas 3 kali ?
Contoh :
ولم يكن له كفوا أحد - بسم الله الرحمن الرحيم قل هو الله أحد
Jawaban :
Boleh, Adapun caranya adalah menurut bacaan yang ada, karena ada tanwin bertemu ba’ berarti bacaan iqlab kalau diwasholkan.
120. Pertanyaan :
Pada suatu majelis kami mendengar kesalahan bacaan Al Qur’an yang mana hadirin tidak terlalu menghiraukannya dan saat itu kami tidak memungkinkan untuk memperingatkannya. Berdosakah semua orang yang ada di majelis itu ?
Jawaban :
Ya, karena mengingatkan itu termasuk نهي منكر yang hukumnya fardlu kifayah.
Keterangan a.l. dari :
 المنح الفكرية ص : 23
ثم رأيت فى شرح منية المصلى رجل يقرأ القرآن ويلحن يجب على السامع أن يرده إلى الصواب إن علم أنه لايقع بسبب ذلك عداوة وضغن وإلا فهو فى سعة من تركه
 خزينة الأسرار، ص : 56
ومن آفات الأذن استماع القرآن ممن يقرأ بلحن وخطإ بلا تجويد فعليه النهى إن ظن التأثير وإلا فعليه القيام وذهابه إن قدر بلا ضرر فلا تقع بعد الذكرى مع القوم الظالمين كذا فى طريقة المحمدية
121. Pertanyaan :
Bolehkah lafadh مالك  الرحيم diwasholkan sambil membaca sukun  مَالك  الرحيمْ atau mengidghomkan mimnya الرحيم ke dalam mimnya مالك   لك الرحيمَّا?
Jawaban :
Tidak boleh, karena itu termasuk تلفيق . Bila ingin mengidghomkan maka harus mengikuti Imam السوسي , namun mim pada lafadh مالك dibaca pendek   مَلك الرحيم =  الرحيمَّلك
122. Pertanyaan :
Bagaimana cara membedakan bahwa bacaan ؤُا seperti lafadh :
أساؤُا - شفعؤُا وكانوا - من عباده العلمؤُاitu pendek atau panjang, soalnya di dalam Al Qur’an pojok / Al Qur’an terbitan DEPAG kadang ada tanda مد / قصر , kadang tidak sama sekali.
Jawaban :
Pada mushaf madany yang pakai Rosm Utsmany, di situ kalau hamzah tertulis di atas wawu maka dibaca pendek. Kalau tertulis sebelum wawu maka dibaca panjang.
123. Pertanyaan :
Bagaiman asbabunnuzul ayat sajdah ? Dan peristiwa apa yang terjadi di balik ayat tersebut ?
Jawaban :
) Asbabnya banyak dan berbeda–beda ( karena banyaknya ayat sajdah dalam Al Qur’an )
) Peristiwanya sesuai dengan isi kandungan pada ayat–ayat sajdah tersebut.
Dan perlu diketahui ayat sajdah ini timbul di masa ulama Fiqh ( Fuqoha )
124. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya memaketkan Al Quran / Tafsir ?
Jawaban :
Boleh, asal masih bersifat terhormat ( berniat menghormati Al Quran ) misalnya terpaksa memaketkan karena tidak bisa membawa sendiri.
125. Pertanyaan :
Mohon dijelaskan definisinya lafadh إيواء dan contohnya ?
Jawaban :
إيواء adalah lafadh yang dikecualikan oleh Imam Warsy ( tidak membaca ibdal hamzah yang di fa’ fi’il ). Artinya yang keluar dari masdar إيواء sepeti lafadh مأواهم Sedangkan biasanya Imam Warsy membaca ibdal pada semua hamzah yang ada di fa’ fi’il.
Keterangan a.l dari :
 سراج القارئ والمبتدئ، ص : 46
سوى جملة الإيواء والواوعنه ان

تفتح اثر الضم نحو مؤجلا

أى استثنى ورش من الهمز الساكن الذى هو فاء الفعل جميع ماوقع من لفظ الإيواء نحو تؤوى وتؤويه والمأوى ومأواكم وفأووا إلى الكهف فقرأه بالهمزة ولم يبدله
126. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya belajar Qiro’ah Sab’ah sebelum hafal 30 Juz ?
Jawaban :
Boleh. Tapi wasiyatnya Mbah Kyai Arwani harus hafal 30 Juz terlebih dahulu.
127. Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya nderes saat haid tanpa bersuara ?
Jawaban : Tidak apa–apa, demikian juga boleh nderes bersuara dengan niat dzikir / do’a. Yang tidak boleh, nderes bersuara dengan niat membaca Al Qur’an
 الفتاوى الكبرى ، الجزء الأول ، ص : 118
( قوله والقراءة فى غير الصلاة ) أى وإن خافت النسيان لأنه يندفع بإجرائها على قلبها وبالنظر فى المصحف من غير نطق وبه إندفع قول جمع متقدمين لها القراءة خوف النسيان
 بغية المسترشدين، ص : 26
وتحرم قراءة القرآن على نحو جنب بقصد القراءة ولومع غيرها لا مع الإطلاق على الراجح ولابقصد غير القراءة كرد غلط وتعليم وتبرك ودعاء
128. Latar belakang :
Sering dijumpai seseorang membaca Al Qur’an dengan tempo cepat ( hadr ) lalu dalam ayat berikutnya atau masih dalam satu ayat ( akhir ayat ) pindah dengan tempo pelan ( tartil ) atau sebaliknya.
Pertanyaan :
a. Bolehkah praktek seperti di atas ? Lalu bagaimana cara menyerasikan mad dan ghunnahnya?
b. Jika tidak, bagaimana dengan tiga bacaan alternatif yang diperbolehkan itu ?
Jawaban :
a. Tidak boleh. Untuk membaca mad harus sesuai dengan aturan. Demikian juga ghunnahnya.
b. Apabila membaca dengan tartil maka lamanya membaca mad dan ghunnah tidak sama seperti ketika membaca dengan hadr ataupun tadwir. Jadi harus disesuaikan dengan kecepatan dan kelambatan/pelannya bacaan.




GLOSSARY

• Hams : Keluarnya ? terlepasnya nafas.
• Waqof Naqol : Waqof dengan memindah harokat pada huruf sebelumnya.
• Waqof Roum : Mewaqofkan dengan mengucapkan sepertiganya suara harokat akhir kalimat. Harokat yang bisa diwaqofkan roum adalah kasroh dan dlommah.
• Ayat–ayat musytabihat : Ayat–ayat yang ma’nanya hanya diketahuai oleh Alloh / ayat tidak jelas ma’nanya.
• Waqoh Hasan : Waqoh pada kalimat yang memberikan ma’na yang benar walaupun masih ada hubungannya dengan sesudahnya baik lafadh ataupun ma’na.
• Waqof Tam : Waqof pada kalimat yang memberikan ma’na yang sempurna dan sudah tidak ada lagi hubungan dengan sesudahnya baik lafadh maupun ma’na.
• Waqof Isymam : Mewaqofkan dengan memoncongkan bibir sesudah membaca sukun huruf akhir. Harokat yang bisa diwaqofkan Isymam adalah dlommah.
• Qolqolah : Suara tambahan yang kuat.
• Istifal : Turunnya lidah dari langit – langit. Lawannya adalah Isti’la’ (naiknya lidah dari langit – langit).
• Syiddah : Tertahannya suara.
• Ikhtilas : Membaca harokat dengan samar dan cepat sehingga suaranya tinggal 2/3 harokat.
• Idghom Kabir : adalah dua huruf, yang pertama hidup baik itu mutamatsilain (sama makhroj dan sifatnya), mutajanisain (sama makhroj beda sifatnya), mutaqoribain (berdekatan makhroj dan sifatnya).
• Saktah : Berhenti sebentar tanpa bernafas kadar satu alif.
• Khot Utsmani : Tulisan kalimat–kalimat dan huruf Al Qur’an yang ditulis atas perintah beliau Shohabat Utsman r.a.
• Wajib Syar’iy : Sesuatu yang diberi pahala apabila dilakukan dan disiksa apabila ditinggalkan.
• Wajib Sina’iy : Sesuatu yang bagus bila dilaksanakan dan jelek bila ditinggalkan.
• Musyafahah : Mengaji dengan berhadapan dengan guru.
• Thoriq : Orang yang mengambil qiro’ah dari rowi walaupun sampai kebawah dan seterusnya. Adapun Rowi adalah orang yang mengambil qiro’ah dari Imam.
• Idqhom Naqish : Idghom yang masih ada campurannya ghunnah.
• Talfiq / Tarkib : Mencampuradukkan beberapa macam bacaan ( قراآت ) di dalam satu kalam.